It's You (chapter 3)
Posted by Cha Fani | Posted in My 3rd FF : It's You | Posted on 10:42 PM
1
Fuahhh~ gara2 FF nie, aq jadi buka lappie lagi n OL, hahaha, padahal udah mau ujian, tapi gak tau napa, ide tiba2 aja dateng n rasanya gak sabar buat ngelanjutin, buat yang udah nunggu~ mianhe, ngelanjutin na lama *Bow
Lanjutan FF It's U chap 3 nie, aq buat na rada cepet2, jdi na sori ajha ya kalo misal na ada yg ng'ganjal~ huahahaha~
Please comment n i hope u like it~
Gomawooo ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sowon high school pagi hari ini seperti biasa diramaikan oleh kehebohan para murid-muridnya yang sedang berkumpul dan menggosip di berbagai sudut sekolahan. Mereka banyak sekali membahas hal-hal, seperti soal cafe terbaru, tempat nongkrong baru, dan lain-lain. Namun hari ini, kebanyakan dari mereka sedang meributkan soal kedatangan cowok yang menemui Shin Ae kemarin. Rupanya cowok itu sudah banyak menarik perhatian para murid-murid cewek di sana. Jeritan sesekali terdengar ketika mereka membicarakannya dan ada juga yang menggerutu kesal karena cemburu dengan Shin Ae yang mendapat keberuntungan bisa mengobrol dengan cowok itu.
Sesuai dugaan, ketika Shin Ae masuk ke kelas, teman-teman cewek sekelasnya langsung menoleh dan langsung mengerumuni Shin Ae. Mereka bertanya-tanya soal hubungan Shin Ae dengan cowok itu. Shin Ae langsung kebingungan menghadapinya, dan saat itu jugalah Jinki tiba-tiba datang.
"Oii, kalian berisik sekali sih! pagi-pagi dah ngegosip, mana di tengah jalan pula. Lagipula cowok yang kalian ributkan itu cuma cowok yang kebetulan menabrak Shin Ae di tengah jalan saja, dan kemarin dy hanya menyampaikan map milik Shin Ae, begitu ajha ribut, dasar cewek!" Jinki langsung memalingkan wajahnya dan melangkah menuju tempat duduk na, beberapa murid merasa kesal dengan sikap Jinki, sampai-sampai ada yang diam-diam mengepalkan tangannya dan berlaku seolah-olah mau memukul Jinki dari belakang.
"Haishh~, dasar tukang ikut campur," gerutu salah satu cewek yang kesal kepada Jinki.
"Hahahaha, kalian tidak usah salah paham, apa yang dikatakan Jinki itu benar, pagi kemarin aq menabraknya di jalan, dan map q terjatuh, lalu tertinggal, kemarin dy datang ke sekolah ini hanya untuk menyampaikan map itu saja. Jadi kalian tidak perlu khawatir, ehehe" Shin Ae berusaha menenangkan massa, dan menyelesaikan kesalah pahaman itu.
"Hoooo, tapi kau beruntung sekali bisa bertabrakan dengan cowok itu, kau tauuuu Shin Aeeee, dy itu tampannnn sekaliiii!! kalau aq jadi kau aq juga mauuu"
"Betul Shin Ae, kau beruntung, kalau aq jadi kau, aq akan berkenalan dengannya, dan mengajaknya berjalan-jalan, lalu....oh iya, apa kau tau namanya? rumahnya di mana? apa kau sudah mengetahui sedikit soal identitasnya?"
"Ayolahh Shin Ae, beritahu kami, aq benar-benar ingin tau soal cowok itu, aq menyukainyaaa~"
"Haishhh!! apa-apaan kau?!! sudah kuputuskan kalau cowok itu milikku! kau tidak boleh merebutnya!"
"Apa?!! milikmu? gak salah? dy sudah menjadi incaran q saat aq pertama melihatnya, jadi dy milikku,"
"Tidak!! kalian tidak boleh, aq yang pertama kali melihatnya, jadi hanya aq yang bisa memilikinya, ara?!" cewek-cewek itu sekarang jadi saling memaki dan berebut mengakui kepemilikan cowok itu seakan-akan cowok itu adalah barang. Shin Ae diam-diam melarikan diri dari kericuhan tersebut, dy mengambil celah kemudian segera pergi ke tempat duduknya di samping Jinki.
"Fuahhh! Jinjja! bodoh sekali, hanya karena cowok itu saja mereka bertengkar, padahal belum tentu cowok itu akan memilih mereka, ckckck~" Shin Ae menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap ke arah kumpulan cewek-cewek yang tadi menghadangnya.
"Hm...kenapa? kau cemburu?" celetuk Jinki dengan nada dingin. Shin Ae langsung melihat ke arah Jinki yang berwajah tenang sambil membaca buku.
"A...aniyoo~, aq hanya heran saja pada mereka, kenapa hal sekecil itu saja dipeributkan? bikin pusing!"
"Kalau begitu kau tidak usah mengurusi mereka, mereka khan biasa seperti itu, sudah tau bikin pusing, masih diurusin"
"A...ya! Jinki ah, kau kenapa sih? pagi-pagi begini nada bicara mu dingin sekali kepadaku, apa kau ada masalah denganku? apa kau sedang kesal?"
"Ah~ Park Songsaenim sudah datang," Shin Ae mengalihkan pandangannya ke depan, memang benar Park songsaenim sudah datang, tapi Shin Ae merasakan ada hal yang aneh dengan Jinki.
Pelajaran Park songsaenim sangat membosankan, apalagi cara mengajarnya, seakan-akan setiap kata-kata yang dy ucapkan adalah mantra tidur bagi para murid di kelas ini. Shin Ae saja selalu mengantuk ketika mendengar Park Songsaenim menyampaikan materinya. Biasanya, di saat-saat yang membosankan begini, Shin Ae akan mencoba permainan-permainan seru di kertas dengan Jinki, tapi Shin Ae semakin heran ketika Jinki memperhatikan pelajaran. Padahal biasanya Jinki mengeluh dan merasa tidak betah.
"Jinki ah," Shin Ae dengan suara setengah berbisik memanggil Jinki sambil menyenggol-nyenggolkan siku na ke tangan Jinki. Jinki tidak menjawab.
"Jinki ah," Shin Ae sekali lagi memanggil Jinki, tapi tidak ada jawaban. Shin Ae kesal, dan akhirnya menginjak kaki Jinki dengan sangat keras.
"Arghhh!!!!" suara Jinki menarik perhatian seluruh kelas, mereka semua langsung menoleh ke Jinki. Park songsaenim pun ikut terkejut, malahan saking terkejutnya, buku pelajaran yang ada di tangannya hampir terlempar.
"Ada apa Jinki ssi?" tanya Park songsaenim penuh selidik sambil memegangi bingkai kacamatanya.
"A...ee....s...saya tadii.." Jinki kebingungan mencari alasan. "Ahh~ tadi kaki saya saat mau bergeser tidak sengaja menatap kaki meja, karena itu saya teriak pak," Jinki berupaya untuk berbohong sambil melirik Shin Ae yang terkekeh-kekeh di sebelahnya.
"Ohh begitu, yasudah, lain kali kau harus lebih hati-hati," hanya begitu saja ucapan terakhir seorang Park songsaenim, orangnya tidak begitu ambil pusing soal hal-hal kecil yang terjadi, tidak seperti Jung songsaenim yang memang killer, sedikit saja ada yang mengganggunya mengajar, tidak segan-segan dy menyingkirkan sumber kegaduhan itu.
"Shin Ae aah,"
"Hmmm?" jawab Shin Ae sambil menatap ke depan dan tersenyum jahil.
"Awas kau nanti,"
"Hmppphff~, awas kenapa? aq tidak takut padamu, khukhukhu," Jinki sudah melirik tajam ke arah Shin Ae sambil memasang tampang mengancam, sementara Shin Ae masih cekikikan.
Pelajaran geografi dari Park songsaenim dan beberapa pelajaran lainnya sudah usai. Akhirnya murid-murid dapat mengistirahatkan otaknya setelah panas dibuat berpikir ketika pelajaran. Beberapa anak segera berlarian menuju kantin, sedangkan Shin Ae dan Jinki menetap di kelas. Jinki memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam kolong, kemudian beranjak dari kursinya dan keluar dari kelas tanpa mengajak Shin Ae atau mengeluarkan sepatah katapun kepadanya. Shin Ae melongo ketika melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa itu, kemudian segera menyusul Jinki.
"Jinki ah~ Jinki ah~" panggil Shin Ae sambil terengah-engah, namun Jinki tidak menggubrisnya. Akhirnya Shin Ae sekali lagi berteriak, "Lee Jin Ki!!" saat itu pula Jinki menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang. Shin Ae berjalan menyusul Jinki yang jaraknya hanya tinggal ditempuh beberapa langkah lagi.
"Heuhhh~ capek! kau ini kenapa sih? dari tadi q panggil, kau tidak menoleh?? *hwanasseo? soal tadi? mianhe, tadi itu aq sedang kesal karena kau tidak juga menoleh kepadaku saat aq memanggilmu ketika pelajaran tadi, aq tau aq salah karena sudah menganggu konsentrasimu belajar, tapi khan gak perlu kayak gini," Shin Ae berusaha mengatur nafasnya karena kelelahan.
"Sudah? itu saja yang ingin kau katakan?"
"Hah?"
"Ck~ ah~ aq gak suka membuang-buang waktu!" Jinki berbalik dan pergi meninggalkan Shin Ae. Shin Ae makin kebingungan dengan tingkah Jinki hari ini. Dia pun berjalan lunglai ke kelas. Entah dy tidak tau apa yang terjadi pada Jinki, padahal ketika pulang sekolah kemarin, Jinki baik-baik saja, malahan dy menghibur Shin Ae saat dy menangis soal Key.
Sampai di bangkunya, Shin Ae mengeluarkan beberapa kertas dari tasnya dan mencoret-coretnya dengan penuh kemarahan. Rasanya dy ingin menangis tapi tidak bisa. Itulah kebiasaannya dari dulu yang tidak pernah hilang, mencoret-coret kertas untuk melampiaskan kekesalannya.
*............*.............*
Pulang sekolah tiba, seperti biasanya, Jinki mengantar Shin Ae pulang, namun kali ini tidak. Jinki langsung meninggalkan Shin Ae begitu saja dari sekolah dan langsung pulang tanpa menunggu Shin Ae. Campuran perasaan marah, kesal, sedih, dan kecewa teraduk menjadi satu dalam dirinya. Jinki benar-benar bertingkah aneh hari ini. Padahal kalau Jinki sedang marah, pasti Shin Ae selalu bisa mengetahui alasannya.
Shin Ae berjalan sendirian ke arah gerbang. Karena perilaku Jinki hari ini, dy tidak bersemangat. Isi otaknya dari tadi hanya dipenuhi dengan pertanyaan soal Jinki. Kenapa Jinki bisa sedingin itu padanya? Kenapa Jinki tidak bersikap seperti biasanya? Kenapa dy tidak tau apa masalah yang sedang menerpa Jinki? Kenapa dy tidak mengetahui apa-apa? padahal dy sendiri adalah sahabat dekatnya, tidak ada yang lain.
Ketika langkahnya sudah mendekati gerbang, tiba-tiba sosok 'Key' itu muncul, dan lagi-lagi membuat beberapa cewek lain histeris. Cowok itu melambai-lambai ke arah Shin Ae. Shin Ae dengan begonya menoleh-noleh ke kanan kirinya, mengira cowok itu sedang menyapa orang lain. Cowok itu hanya bisa garuk-garuk kepala melihat Shin Ae sambil melengos. Shin Ae akhirnya tersadar kalau yang baru saja dilambaikan tangan itu dirinya sendiri, kemudian menunjuk dirinya seakan-akan mengatakan "Aku?". Cowok itu akhirnya mengangguk dan menyuruh Shin Ae mendektinya dengan isyarat tangan. Perlahan-lahan Shin Ae mendekati cowok itu.
"Annyeong," sapanya pelan sambil membungkuk.
"Annyeong haseo" balas Shin Ae. Cowok itu langsung menyodorkan tangannya untuk berkenalan.
"Kenalkan, Choi Shin Woo imnida" Shin Ae menyambut tangan itu dan tersenyum tipis. Awalnya ada sedikit harapan dalam dirinya kalau cowok itu menyebutkan nama Kim Ki Bum, ternyata dy memang bukan Kibum, padahal wajahnya sangat mirip.
"kenalkan juga, namaku Shin Ae, Kim Shin Ae,"
"Aha~ aq sudah tau namamu koq,"
"D..dari mana kau tau?"
"Kau lupa ya? kenapa kemarin aq bisa ke sekolah ini dan mengembalikan map kepadamu? khan semua itu dari kartu pelajarmu. Sebenarnya dari kemarin saat akan mengembalikan map itu, aq penasaran ingin berkenalan denganmu, tapi tidak sempat-sempat karena kau keburu pergi, hehe," Shin Wo tersenyum polos.
"Haha, mianhe, aq nggak sopan, bukannya membiarkanmu memperkenalkan diri, tapi malah meninggalkanmu,"
"Gwaenchana, yang penting sekarang aq sudah bisa berkenalan denganmu. Emm.... sebenarnya 2 hari yang lalu aq baru saja datang ke Korea, selama ini aq tinggal di Amerika, tepatnya di Seattle. Karena itu, aq masih asing dengan kota ini. Kebetulan aq bertemu denganmu, eng...*jeoleul dowa jusilsu ittnayo?"
"Ng...kau ingin minta tolong apa?"
"Kau mau tidak mengajakku berjalan-jalan berkeliling di daerah sekitar sini? Aq masih sedikit bingung dengan tata kota Seoul."
"Mwo? berkeliling?"
"Ne, mau nggak?"
"Emmm...." Shin Ae terlihat berpikir sejenak.
"Ayolahhhh...., Jebal...., kau lah orang Korea yang sebaya denganku yang pertama kukenal,"
"Baiklah, kkaja!" Shin Woo langsung mengembangkan senyumnya. Mereka berdua langsung menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil Shin Woo. Shin Woo mempersilahkan Shin Ae masuk, setelah itu Shin Woo masuk dan langsung mengendarai mobilnya keluar lapangan parkir.
Pertama kali inilah Shin Woo mengenal yang namanya Seoul, kota yang indah dan menawan. Beberapa tempat sudah mereka kunjungi berkat petunjuk dari Shin Ae. Saat ini mereka sedang berada di Myeongdong. Tempat ini adalah salah satu tempat perbelanjaan yang terkenal di Korea, suasananya sangat ramai dan di kanan kirinya di penuhi dengan toko yang menjual berbagai macam produk. Shin Ae melihat sebuah mobil pick up yang membuka stand dan menjual tteokbokki juga eomuk, makanan yang sudah merakyat di Korea. Shin Ae langsung menarik Shin Woo untuk mencoba beberapa makanan ringan itu.
"Shin Woo ssi, kau tidak pernah mencoba makanan ini sebelumnya khan?"
"Memangnya ini makanan apa?"
"Haha, ternyata kau belum pernah mencobanya. Ahjumma, aq beli tteokbokinya dan eomuk ini," Shin Ae mengambil beberapa tteokbokki yang sudah di tusukan dalam tusukan bambu, dan juga beberapa eomuk kemudian menyerahkan beberapa ribu won kepada penjualnya. "Nih, cobalah, ini enak! makan yang hangat-hangat cocok di hari yang dingin seperti ini," Shin Woo mengambil 1 eomuk dari tangan Shin Ae dan kemudian melahapnya.
"Wahhh~ henakk! hini henak hekali" kata Shin woo dengan mulut penuh eomuk. Setelah makanan itu habis di mulutnya, dy mengambilnya tteokboki, kemudian eomuk, terus seperti itu sampai makanan itu habis di sikat olehnya. Shin Ae tertawa melihat tingkah Shin Woo yang seperti orang kelaparan. Fuh~ lagi-lagi, hal itu megingatkannya tentang Key, Key sangat suka makan teokbboki dan eomuk, setiap jalan-jalan, pasti Key membeli makanan itu. Setelah selesai makan, Shin Woo dan Shin Ae kembali melanjutkan perjalanannya. Mereka tidak tau, bahwa sebenarnya sejak tadi ada 4 cewek yang mengikuti mereka dari belakang.
"Hoi, nggak keliatan tauk, hei gendut! aq juga mau lihat!" *Ce1
"Sabar! aq sedang mengawasi mereka!" *Ce2
"Huh! dasar pelit!!"
"Biarin, salah sendiri kau nggak bawa kekeran dari rumah,"
"Kalian ini! ribut sekali sih??!! bisa diam tidak?! kalau ketahuan bagaimana? perhatikan Shin Woo terus!" *Ce3
"Oh, jadi namanya Shin Woo? kau tau dari mana?" *Ce4
"Tentu saja aq tau, tadi aq dengar dengan jelas di dekat gerbang saat Shin Woo memperkenalkan dirinya pada Shin Ae!! Grrr!!! cewek itu!! bikin kita iri saja!! harusnya aq yang ada di sana dengan Shin Woo!!"
"Hei!! apa yang kalian lakukan di sini??! kalian penguntit ya?"
tiba-tiba sebuah suara yang berat mengiringi mereka dari belakang. Dengan kakunya kepala empat cewek itu menoleh.
"A....ampunn ahjussi, kami tidak menguntit k..koq, ha..hanya.."
"HANYA APA??!! ikut saya ke kantor!!" seru petugas keamanan itu. Ke 4 cewek tersebut hanya bisa pasrah ikut petugas itu ke pos nya.
*..............*..............*
"Fuahhhhh~ setelah ini kita kemana lagi ya Shin Ae ssi? hari ini benar-benar menyenangkan sekali!"
"Hahaha iya, kau ini orangnya mudah akrab ya...,"
"Jinjja? padahal biasanya aq tidak banyak bicara pada orang baru, tapi tidak tau kenapa kalau denganmu, kita seperti sudah lama kenal, yah~ mungkin karena seharian ini kita bersama terus,"
"Ne, aq juga sebenarnya bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru juga,"
"Kita mungkin sudah di takdirkan untuk menjadi best friend ya,"
"Ha? Best Friend?"
"Ne, Best friend, sahabat, teman baik, teman akrab, teman dekat!"
"kkk, begitukah?" Shin Ae merasa senang dianggap teman baik oleh Shin woo, senang sekali!
"Tau gak, aq mulai menyukai Seoul, aq mulai menyukai Korea, negara ini menyenangkan! lebih menyenangkan dari pada di Seattle, walaupun di sana juga menyenangkan sih, teman-teman q semuanya baik, namun Seoul lebih menarik,"
"Hahahaha, tentu saja, bagiku tidak ada negara yang lebih menarik dari Korea, di sini kau bisa menemukan banyak hal,"
"Yah, q pikir juga begitu, aq jadi ingin tinggal selamanya di sini,"
"Jadi kau hanya sementara ada di Korea?" Shin Woo mengangguk.
"Benar, aq hanya akan tinggal selama satu tahun di sini, setelah itu aq kembali ke Seattle, aq di sini hanya ingin menemani kedua orang tuaku yang rindu pada tanah airnya."
"Ouh, orang tuamu kerja di sana juga,"
"Yap, appa membuka sebuah perusahaan yang bernama "Kim" di sana, nama perusahaan itu di ambil dari marganya,"
"Kim? tapi marga mu khan...?"
"Sudah q duga, banyak sekali orang yang salah paham soal nama q, sebenarnya~ aq ini anak angkat mereka, marga q juga seharusnya Kim, tapi karena aq lebih suka dengan marga dari orang tua asli q, aq lebih suka menyandang marga Choi, aq tidak peduli apa yang orang lain katakan, hhahahaa,"
"Dasar....! lalu orang tua mu yang asli di mana?" raut wajah Shin Woo sedikit berubah ketika mendengar pertanyaan itu.
"Hmmh~ yah~ tentu saja mereka sudah meninggal," Shin Woo menunduk ketika mengatakan soal orang tuanya.
"M..mianhe, aq tidak bermaksud..."
"Gwaenchana....., hhh..... mereka mangalami kecelakaan mobil beberapa tahun yang lalu, kemudian...... karena keluarga Kim adalah teman baik keluarga q, jadinya aq dan adik q Choi Se Na di angkat menjadi anak mereka,"
"Aq baru tau kau punya adik,"
"Haha, tentu saja, kau saja baru mengenalku. Hmm..Choi Se na, dy adik perempuan q satu-satunya yang q sayangi, umur kami tidak beda jauh, dan kami sangat akrab,"
"Wah, enak sekali, aq dan adik q saja tidak segitu akrab na, kami lebih sering bertengkar dari pada akrab satu sama lain,"
"Tidak berbeda jauh dengan teman-teman q di Seattle, mereka punya saudara, tapi mereka tidak pernah akur satu sama lain," Shin Ae mengangguk-angguk, mengerti dengan apa yang dikatakan Shin Woo.
"Tapi untuk ukuran orang luar, kau fasih berbahasa Korea ya,"
"Tentu saja, selama di Seattle, jika kami sekeluarga berkumpul di rumah, kami selalu menggunakan bahasa Korea, appa akan marah jika di rumah aq tidak menggunakan bahasa itu. Yah~ orang tua q itu memang orangnya memiliki jiwa nasionalisme terhadap Korea, karena itu, biar di Seattle, kami masih banyak menggunakan adat Korea, dari makan, bahasa, dan lain-lain,"
"Ngomong-ngomong, habis ini kita mau jalan-jalan ke mana lagi?"
"Jalan-jalan? kau masih ingin jalan-jalan? hmm...sebaiknya kita pulang saja, sudah sore, sebentar lagi malam, aq sudah lelah," wajah Shin Ae sudah cukup lesu hari ini.
"Okey, kita pulang, q pikir kita juga sudah terlalu lama berjalan-jalan, sekarang aq jadi merasa capek juga~ Huahh!!" ujar Shin Woo sambil menarik kedua lengannya ke atas.
Sore ini memang cukup melelahkan bagi Shin Ae, dy harus menemani Shin Woo berjalan-jalan untuk mengenal beberapa daerah di Korea. Namun, karena acaranya hari ini dengan Shin Woo menyenangkan, Shin Ae bisa sedikit melupakan soal masalahnya dengan Jinki.
Mereka pun berjalan menelusuri Myeongdong menuju tempat parkir. Shin Woo sesekali menguap. Selama perjalanan itu, Shin Woo dan Shin Ae tidak saling bicara, entah kenapa suasana menjadi hening. Beberapa lampu mulai menyala ketika hari mulai gelap, walaupun masih ada sedikit cahaya yang di pancarkan matahari. Suasana Myeongdong semakin ramai saja, bahkan semakin banyak anak muda yang datang ke tempat ini. Di tengah keramaian itu, tiba-tiba saja Shin Ae menangkap sosok ibu-ibu yang sepertinya ia kenal, Shin Ae menghentikan langkahnya dan berusaha berkonsentrasi memperhatikan ibu-ibu yang berada beberapa meter darinya. Ia mencoba mengingat-ngingat siapa ibu itu, dan akhirnya ia menemukan jawabannya, ibu itu adalah eomma nya Key. Shin Ae mulai melangkah lagi, dy berusaha untuk melihat ibu itu lebih dekat, tampang na sedikit shock.
"A..S..Shin Ae ssi! kau mau ke mana??"
"Tunggu sebentar di sini ya, aq akan segera kembali," Shin Ae berlari meninggalkan Shin Woo yang terheran-heran. Shin Ae berusaha untuk bisa bertemu dengan ibu itu. Namun sialnya, Myeongdong terlalu ramai, dan sosok ibu itu hilang di tengah kehiruk pikukan tersebut. Shin Ae merasa kecewa, padahal semenjak Key meninggal, dy tidak pernah lagi bertemu dengan ahjumma. Sekarang di saat ada
kesempatan, ahjumma malah menghilang.
"Shin Ae ssi~, kau mengejar apa?" Shin Ae langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Di lihatnya Shin woo yang terengah-engah karena mengejar Shin Ae.
"Aniyo~, aq hanya melihat seseorang yang sepertinya aq kenal, tapi sepertinya aq salah orang," Shin Ae menghela nafas dan berkecil hati. "Kkaja, kita pulang," Shin Woo dan Shin Ae beranjak meninggalkan Myeongdong yang semakin gemerlap, mungkin juga karena letih, mereka jadi diam satu sama lain. Tidak terpikirkan satu pun hal di otak mereka untuk di bahas, Shin Woo hanya sibuk menyetir dan membawa Shin Ae pulang ke rumah.
Rumah Shin Ae sudah tidak jauh lagi, beberapa menit kemudian mereka sampai di depan pagar rumah Shin Ae. Shin Ae turun dari mobil Shin Woo, seragam na sudah bau dipenuhi keringat dan badannya juga sudah lengket, ia sudah tidak sabar berendam di air hangat. Shin Ae turun dari mobil, kemudian menghadap ke arah jendela mobil yang terbuka untuk melihat Shin Woo.
"Gamsahamnida Shin Woo ssi," ucapnya sambil membungkukkan badan.
"Ne, gamsahamnida juga, hari ini aq sangat senang, lain kali temani aq lagi ya,"
"Ya, baiklah, aq akan menemanimu,"
"Oke, My best friend, aq juga harus pulang, sampai ketemu, dah~," Shin woo melambaikan tangannya dan menutup jendela, lalu ia meninggalkan Shin Ae dan melaju dengan mobilnya. Shin Ae hanya tersenyum senang melihat bayang-bayang mobil Shin Woo yang semakin lama semakin hilang di telan malam.
Keterangan :
*Apakah kamu marah?
*Maukah kau menolongku?
*Ce1 = Cewek 1 n seterusnya
*eomuk = Fish cake
Lanjutan FF It's U chap 3 nie, aq buat na rada cepet2, jdi na sori ajha ya kalo misal na ada yg ng'ganjal~ huahahaha~
Please comment n i hope u like it~
Gomawooo ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sowon high school pagi hari ini seperti biasa diramaikan oleh kehebohan para murid-muridnya yang sedang berkumpul dan menggosip di berbagai sudut sekolahan. Mereka banyak sekali membahas hal-hal, seperti soal cafe terbaru, tempat nongkrong baru, dan lain-lain. Namun hari ini, kebanyakan dari mereka sedang meributkan soal kedatangan cowok yang menemui Shin Ae kemarin. Rupanya cowok itu sudah banyak menarik perhatian para murid-murid cewek di sana. Jeritan sesekali terdengar ketika mereka membicarakannya dan ada juga yang menggerutu kesal karena cemburu dengan Shin Ae yang mendapat keberuntungan bisa mengobrol dengan cowok itu.
Sesuai dugaan, ketika Shin Ae masuk ke kelas, teman-teman cewek sekelasnya langsung menoleh dan langsung mengerumuni Shin Ae. Mereka bertanya-tanya soal hubungan Shin Ae dengan cowok itu. Shin Ae langsung kebingungan menghadapinya, dan saat itu jugalah Jinki tiba-tiba datang.
"Oii, kalian berisik sekali sih! pagi-pagi dah ngegosip, mana di tengah jalan pula. Lagipula cowok yang kalian ributkan itu cuma cowok yang kebetulan menabrak Shin Ae di tengah jalan saja, dan kemarin dy hanya menyampaikan map milik Shin Ae, begitu ajha ribut, dasar cewek!" Jinki langsung memalingkan wajahnya dan melangkah menuju tempat duduk na, beberapa murid merasa kesal dengan sikap Jinki, sampai-sampai ada yang diam-diam mengepalkan tangannya dan berlaku seolah-olah mau memukul Jinki dari belakang.
"Haishh~, dasar tukang ikut campur," gerutu salah satu cewek yang kesal kepada Jinki.
"Hahahaha, kalian tidak usah salah paham, apa yang dikatakan Jinki itu benar, pagi kemarin aq menabraknya di jalan, dan map q terjatuh, lalu tertinggal, kemarin dy datang ke sekolah ini hanya untuk menyampaikan map itu saja. Jadi kalian tidak perlu khawatir, ehehe" Shin Ae berusaha menenangkan massa, dan menyelesaikan kesalah pahaman itu.
"Hoooo, tapi kau beruntung sekali bisa bertabrakan dengan cowok itu, kau tauuuu Shin Aeeee, dy itu tampannnn sekaliiii!! kalau aq jadi kau aq juga mauuu"
"Betul Shin Ae, kau beruntung, kalau aq jadi kau, aq akan berkenalan dengannya, dan mengajaknya berjalan-jalan, lalu....oh iya, apa kau tau namanya? rumahnya di mana? apa kau sudah mengetahui sedikit soal identitasnya?"
"Ayolahh Shin Ae, beritahu kami, aq benar-benar ingin tau soal cowok itu, aq menyukainyaaa~"
"Haishhh!! apa-apaan kau?!! sudah kuputuskan kalau cowok itu milikku! kau tidak boleh merebutnya!"
"Apa?!! milikmu? gak salah? dy sudah menjadi incaran q saat aq pertama melihatnya, jadi dy milikku,"
"Tidak!! kalian tidak boleh, aq yang pertama kali melihatnya, jadi hanya aq yang bisa memilikinya, ara?!" cewek-cewek itu sekarang jadi saling memaki dan berebut mengakui kepemilikan cowok itu seakan-akan cowok itu adalah barang. Shin Ae diam-diam melarikan diri dari kericuhan tersebut, dy mengambil celah kemudian segera pergi ke tempat duduknya di samping Jinki.
"Fuahhh! Jinjja! bodoh sekali, hanya karena cowok itu saja mereka bertengkar, padahal belum tentu cowok itu akan memilih mereka, ckckck~" Shin Ae menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap ke arah kumpulan cewek-cewek yang tadi menghadangnya.
"Hm...kenapa? kau cemburu?" celetuk Jinki dengan nada dingin. Shin Ae langsung melihat ke arah Jinki yang berwajah tenang sambil membaca buku.
"A...aniyoo~, aq hanya heran saja pada mereka, kenapa hal sekecil itu saja dipeributkan? bikin pusing!"
"Kalau begitu kau tidak usah mengurusi mereka, mereka khan biasa seperti itu, sudah tau bikin pusing, masih diurusin"
"A...ya! Jinki ah, kau kenapa sih? pagi-pagi begini nada bicara mu dingin sekali kepadaku, apa kau ada masalah denganku? apa kau sedang kesal?"
"Ah~ Park Songsaenim sudah datang," Shin Ae mengalihkan pandangannya ke depan, memang benar Park songsaenim sudah datang, tapi Shin Ae merasakan ada hal yang aneh dengan Jinki.
Pelajaran Park songsaenim sangat membosankan, apalagi cara mengajarnya, seakan-akan setiap kata-kata yang dy ucapkan adalah mantra tidur bagi para murid di kelas ini. Shin Ae saja selalu mengantuk ketika mendengar Park Songsaenim menyampaikan materinya. Biasanya, di saat-saat yang membosankan begini, Shin Ae akan mencoba permainan-permainan seru di kertas dengan Jinki, tapi Shin Ae semakin heran ketika Jinki memperhatikan pelajaran. Padahal biasanya Jinki mengeluh dan merasa tidak betah.
"Jinki ah," Shin Ae dengan suara setengah berbisik memanggil Jinki sambil menyenggol-nyenggolkan siku na ke tangan Jinki. Jinki tidak menjawab.
"Jinki ah," Shin Ae sekali lagi memanggil Jinki, tapi tidak ada jawaban. Shin Ae kesal, dan akhirnya menginjak kaki Jinki dengan sangat keras.
"Arghhh!!!!" suara Jinki menarik perhatian seluruh kelas, mereka semua langsung menoleh ke Jinki. Park songsaenim pun ikut terkejut, malahan saking terkejutnya, buku pelajaran yang ada di tangannya hampir terlempar.
"Ada apa Jinki ssi?" tanya Park songsaenim penuh selidik sambil memegangi bingkai kacamatanya.
"A...ee....s...saya tadii.." Jinki kebingungan mencari alasan. "Ahh~ tadi kaki saya saat mau bergeser tidak sengaja menatap kaki meja, karena itu saya teriak pak," Jinki berupaya untuk berbohong sambil melirik Shin Ae yang terkekeh-kekeh di sebelahnya.
"Ohh begitu, yasudah, lain kali kau harus lebih hati-hati," hanya begitu saja ucapan terakhir seorang Park songsaenim, orangnya tidak begitu ambil pusing soal hal-hal kecil yang terjadi, tidak seperti Jung songsaenim yang memang killer, sedikit saja ada yang mengganggunya mengajar, tidak segan-segan dy menyingkirkan sumber kegaduhan itu.
"Shin Ae aah,"
"Hmmm?" jawab Shin Ae sambil menatap ke depan dan tersenyum jahil.
"Awas kau nanti,"
"Hmppphff~, awas kenapa? aq tidak takut padamu, khukhukhu," Jinki sudah melirik tajam ke arah Shin Ae sambil memasang tampang mengancam, sementara Shin Ae masih cekikikan.
Pelajaran geografi dari Park songsaenim dan beberapa pelajaran lainnya sudah usai. Akhirnya murid-murid dapat mengistirahatkan otaknya setelah panas dibuat berpikir ketika pelajaran. Beberapa anak segera berlarian menuju kantin, sedangkan Shin Ae dan Jinki menetap di kelas. Jinki memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam kolong, kemudian beranjak dari kursinya dan keluar dari kelas tanpa mengajak Shin Ae atau mengeluarkan sepatah katapun kepadanya. Shin Ae melongo ketika melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa itu, kemudian segera menyusul Jinki.
"Jinki ah~ Jinki ah~" panggil Shin Ae sambil terengah-engah, namun Jinki tidak menggubrisnya. Akhirnya Shin Ae sekali lagi berteriak, "Lee Jin Ki!!" saat itu pula Jinki menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang. Shin Ae berjalan menyusul Jinki yang jaraknya hanya tinggal ditempuh beberapa langkah lagi.
"Heuhhh~ capek! kau ini kenapa sih? dari tadi q panggil, kau tidak menoleh?? *hwanasseo? soal tadi? mianhe, tadi itu aq sedang kesal karena kau tidak juga menoleh kepadaku saat aq memanggilmu ketika pelajaran tadi, aq tau aq salah karena sudah menganggu konsentrasimu belajar, tapi khan gak perlu kayak gini," Shin Ae berusaha mengatur nafasnya karena kelelahan.
"Sudah? itu saja yang ingin kau katakan?"
"Hah?"
"Ck~ ah~ aq gak suka membuang-buang waktu!" Jinki berbalik dan pergi meninggalkan Shin Ae. Shin Ae makin kebingungan dengan tingkah Jinki hari ini. Dia pun berjalan lunglai ke kelas. Entah dy tidak tau apa yang terjadi pada Jinki, padahal ketika pulang sekolah kemarin, Jinki baik-baik saja, malahan dy menghibur Shin Ae saat dy menangis soal Key.
Sampai di bangkunya, Shin Ae mengeluarkan beberapa kertas dari tasnya dan mencoret-coretnya dengan penuh kemarahan. Rasanya dy ingin menangis tapi tidak bisa. Itulah kebiasaannya dari dulu yang tidak pernah hilang, mencoret-coret kertas untuk melampiaskan kekesalannya.
*............*.............*
Pulang sekolah tiba, seperti biasanya, Jinki mengantar Shin Ae pulang, namun kali ini tidak. Jinki langsung meninggalkan Shin Ae begitu saja dari sekolah dan langsung pulang tanpa menunggu Shin Ae. Campuran perasaan marah, kesal, sedih, dan kecewa teraduk menjadi satu dalam dirinya. Jinki benar-benar bertingkah aneh hari ini. Padahal kalau Jinki sedang marah, pasti Shin Ae selalu bisa mengetahui alasannya.
Shin Ae berjalan sendirian ke arah gerbang. Karena perilaku Jinki hari ini, dy tidak bersemangat. Isi otaknya dari tadi hanya dipenuhi dengan pertanyaan soal Jinki. Kenapa Jinki bisa sedingin itu padanya? Kenapa Jinki tidak bersikap seperti biasanya? Kenapa dy tidak tau apa masalah yang sedang menerpa Jinki? Kenapa dy tidak mengetahui apa-apa? padahal dy sendiri adalah sahabat dekatnya, tidak ada yang lain.
Ketika langkahnya sudah mendekati gerbang, tiba-tiba sosok 'Key' itu muncul, dan lagi-lagi membuat beberapa cewek lain histeris. Cowok itu melambai-lambai ke arah Shin Ae. Shin Ae dengan begonya menoleh-noleh ke kanan kirinya, mengira cowok itu sedang menyapa orang lain. Cowok itu hanya bisa garuk-garuk kepala melihat Shin Ae sambil melengos. Shin Ae akhirnya tersadar kalau yang baru saja dilambaikan tangan itu dirinya sendiri, kemudian menunjuk dirinya seakan-akan mengatakan "Aku?". Cowok itu akhirnya mengangguk dan menyuruh Shin Ae mendektinya dengan isyarat tangan. Perlahan-lahan Shin Ae mendekati cowok itu.
"Annyeong," sapanya pelan sambil membungkuk.
"Annyeong haseo" balas Shin Ae. Cowok itu langsung menyodorkan tangannya untuk berkenalan.
"Kenalkan, Choi Shin Woo imnida" Shin Ae menyambut tangan itu dan tersenyum tipis. Awalnya ada sedikit harapan dalam dirinya kalau cowok itu menyebutkan nama Kim Ki Bum, ternyata dy memang bukan Kibum, padahal wajahnya sangat mirip.
"kenalkan juga, namaku Shin Ae, Kim Shin Ae,"
"Aha~ aq sudah tau namamu koq,"
"D..dari mana kau tau?"
"Kau lupa ya? kenapa kemarin aq bisa ke sekolah ini dan mengembalikan map kepadamu? khan semua itu dari kartu pelajarmu. Sebenarnya dari kemarin saat akan mengembalikan map itu, aq penasaran ingin berkenalan denganmu, tapi tidak sempat-sempat karena kau keburu pergi, hehe," Shin Wo tersenyum polos.
"Haha, mianhe, aq nggak sopan, bukannya membiarkanmu memperkenalkan diri, tapi malah meninggalkanmu,"
"Gwaenchana, yang penting sekarang aq sudah bisa berkenalan denganmu. Emm.... sebenarnya 2 hari yang lalu aq baru saja datang ke Korea, selama ini aq tinggal di Amerika, tepatnya di Seattle. Karena itu, aq masih asing dengan kota ini. Kebetulan aq bertemu denganmu, eng...*jeoleul dowa jusilsu ittnayo?"
"Ng...kau ingin minta tolong apa?"
"Kau mau tidak mengajakku berjalan-jalan berkeliling di daerah sekitar sini? Aq masih sedikit bingung dengan tata kota Seoul."
"Mwo? berkeliling?"
"Ne, mau nggak?"
"Emmm...." Shin Ae terlihat berpikir sejenak.
"Ayolahhhh...., Jebal...., kau lah orang Korea yang sebaya denganku yang pertama kukenal,"
"Baiklah, kkaja!" Shin Woo langsung mengembangkan senyumnya. Mereka berdua langsung menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil Shin Woo. Shin Woo mempersilahkan Shin Ae masuk, setelah itu Shin Woo masuk dan langsung mengendarai mobilnya keluar lapangan parkir.
Pertama kali inilah Shin Woo mengenal yang namanya Seoul, kota yang indah dan menawan. Beberapa tempat sudah mereka kunjungi berkat petunjuk dari Shin Ae. Saat ini mereka sedang berada di Myeongdong. Tempat ini adalah salah satu tempat perbelanjaan yang terkenal di Korea, suasananya sangat ramai dan di kanan kirinya di penuhi dengan toko yang menjual berbagai macam produk. Shin Ae melihat sebuah mobil pick up yang membuka stand dan menjual tteokbokki juga eomuk, makanan yang sudah merakyat di Korea. Shin Ae langsung menarik Shin Woo untuk mencoba beberapa makanan ringan itu.
"Shin Woo ssi, kau tidak pernah mencoba makanan ini sebelumnya khan?"
"Memangnya ini makanan apa?"
"Haha, ternyata kau belum pernah mencobanya. Ahjumma, aq beli tteokbokinya dan eomuk ini," Shin Ae mengambil beberapa tteokbokki yang sudah di tusukan dalam tusukan bambu, dan juga beberapa eomuk kemudian menyerahkan beberapa ribu won kepada penjualnya. "Nih, cobalah, ini enak! makan yang hangat-hangat cocok di hari yang dingin seperti ini," Shin Woo mengambil 1 eomuk dari tangan Shin Ae dan kemudian melahapnya.
"Wahhh~ henakk! hini henak hekali" kata Shin woo dengan mulut penuh eomuk. Setelah makanan itu habis di mulutnya, dy mengambilnya tteokboki, kemudian eomuk, terus seperti itu sampai makanan itu habis di sikat olehnya. Shin Ae tertawa melihat tingkah Shin Woo yang seperti orang kelaparan. Fuh~ lagi-lagi, hal itu megingatkannya tentang Key, Key sangat suka makan teokbboki dan eomuk, setiap jalan-jalan, pasti Key membeli makanan itu. Setelah selesai makan, Shin Woo dan Shin Ae kembali melanjutkan perjalanannya. Mereka tidak tau, bahwa sebenarnya sejak tadi ada 4 cewek yang mengikuti mereka dari belakang.
"Hoi, nggak keliatan tauk, hei gendut! aq juga mau lihat!" *Ce1
"Sabar! aq sedang mengawasi mereka!" *Ce2
"Huh! dasar pelit!!"
"Biarin, salah sendiri kau nggak bawa kekeran dari rumah,"
"Kalian ini! ribut sekali sih??!! bisa diam tidak?! kalau ketahuan bagaimana? perhatikan Shin Woo terus!" *Ce3
"Oh, jadi namanya Shin Woo? kau tau dari mana?" *Ce4
"Tentu saja aq tau, tadi aq dengar dengan jelas di dekat gerbang saat Shin Woo memperkenalkan dirinya pada Shin Ae!! Grrr!!! cewek itu!! bikin kita iri saja!! harusnya aq yang ada di sana dengan Shin Woo!!"
"Hei!! apa yang kalian lakukan di sini??! kalian penguntit ya?"
tiba-tiba sebuah suara yang berat mengiringi mereka dari belakang. Dengan kakunya kepala empat cewek itu menoleh.
"A....ampunn ahjussi, kami tidak menguntit k..koq, ha..hanya.."
"HANYA APA??!! ikut saya ke kantor!!" seru petugas keamanan itu. Ke 4 cewek tersebut hanya bisa pasrah ikut petugas itu ke pos nya.
*..............*..............*
"Fuahhhhh~ setelah ini kita kemana lagi ya Shin Ae ssi? hari ini benar-benar menyenangkan sekali!"
"Hahaha iya, kau ini orangnya mudah akrab ya...,"
"Jinjja? padahal biasanya aq tidak banyak bicara pada orang baru, tapi tidak tau kenapa kalau denganmu, kita seperti sudah lama kenal, yah~ mungkin karena seharian ini kita bersama terus,"
"Ne, aq juga sebenarnya bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru juga,"
"Kita mungkin sudah di takdirkan untuk menjadi best friend ya,"
"Ha? Best Friend?"
"Ne, Best friend, sahabat, teman baik, teman akrab, teman dekat!"
"kkk, begitukah?" Shin Ae merasa senang dianggap teman baik oleh Shin woo, senang sekali!
"Tau gak, aq mulai menyukai Seoul, aq mulai menyukai Korea, negara ini menyenangkan! lebih menyenangkan dari pada di Seattle, walaupun di sana juga menyenangkan sih, teman-teman q semuanya baik, namun Seoul lebih menarik,"
"Hahahaha, tentu saja, bagiku tidak ada negara yang lebih menarik dari Korea, di sini kau bisa menemukan banyak hal,"
"Yah, q pikir juga begitu, aq jadi ingin tinggal selamanya di sini,"
"Jadi kau hanya sementara ada di Korea?" Shin Woo mengangguk.
"Benar, aq hanya akan tinggal selama satu tahun di sini, setelah itu aq kembali ke Seattle, aq di sini hanya ingin menemani kedua orang tuaku yang rindu pada tanah airnya."
"Ouh, orang tuamu kerja di sana juga,"
"Yap, appa membuka sebuah perusahaan yang bernama "Kim" di sana, nama perusahaan itu di ambil dari marganya,"
"Kim? tapi marga mu khan...?"
"Sudah q duga, banyak sekali orang yang salah paham soal nama q, sebenarnya~ aq ini anak angkat mereka, marga q juga seharusnya Kim, tapi karena aq lebih suka dengan marga dari orang tua asli q, aq lebih suka menyandang marga Choi, aq tidak peduli apa yang orang lain katakan, hhahahaa,"
"Dasar....! lalu orang tua mu yang asli di mana?" raut wajah Shin Woo sedikit berubah ketika mendengar pertanyaan itu.
"Hmmh~ yah~ tentu saja mereka sudah meninggal," Shin Woo menunduk ketika mengatakan soal orang tuanya.
"M..mianhe, aq tidak bermaksud..."
"Gwaenchana....., hhh..... mereka mangalami kecelakaan mobil beberapa tahun yang lalu, kemudian...... karena keluarga Kim adalah teman baik keluarga q, jadinya aq dan adik q Choi Se Na di angkat menjadi anak mereka,"
"Aq baru tau kau punya adik,"
"Haha, tentu saja, kau saja baru mengenalku. Hmm..Choi Se na, dy adik perempuan q satu-satunya yang q sayangi, umur kami tidak beda jauh, dan kami sangat akrab,"
"Wah, enak sekali, aq dan adik q saja tidak segitu akrab na, kami lebih sering bertengkar dari pada akrab satu sama lain,"
"Tidak berbeda jauh dengan teman-teman q di Seattle, mereka punya saudara, tapi mereka tidak pernah akur satu sama lain," Shin Ae mengangguk-angguk, mengerti dengan apa yang dikatakan Shin Woo.
"Tapi untuk ukuran orang luar, kau fasih berbahasa Korea ya,"
"Tentu saja, selama di Seattle, jika kami sekeluarga berkumpul di rumah, kami selalu menggunakan bahasa Korea, appa akan marah jika di rumah aq tidak menggunakan bahasa itu. Yah~ orang tua q itu memang orangnya memiliki jiwa nasionalisme terhadap Korea, karena itu, biar di Seattle, kami masih banyak menggunakan adat Korea, dari makan, bahasa, dan lain-lain,"
"Ngomong-ngomong, habis ini kita mau jalan-jalan ke mana lagi?"
"Jalan-jalan? kau masih ingin jalan-jalan? hmm...sebaiknya kita pulang saja, sudah sore, sebentar lagi malam, aq sudah lelah," wajah Shin Ae sudah cukup lesu hari ini.
"Okey, kita pulang, q pikir kita juga sudah terlalu lama berjalan-jalan, sekarang aq jadi merasa capek juga~ Huahh!!" ujar Shin Woo sambil menarik kedua lengannya ke atas.
Sore ini memang cukup melelahkan bagi Shin Ae, dy harus menemani Shin Woo berjalan-jalan untuk mengenal beberapa daerah di Korea. Namun, karena acaranya hari ini dengan Shin Woo menyenangkan, Shin Ae bisa sedikit melupakan soal masalahnya dengan Jinki.
Mereka pun berjalan menelusuri Myeongdong menuju tempat parkir. Shin Woo sesekali menguap. Selama perjalanan itu, Shin Woo dan Shin Ae tidak saling bicara, entah kenapa suasana menjadi hening. Beberapa lampu mulai menyala ketika hari mulai gelap, walaupun masih ada sedikit cahaya yang di pancarkan matahari. Suasana Myeongdong semakin ramai saja, bahkan semakin banyak anak muda yang datang ke tempat ini. Di tengah keramaian itu, tiba-tiba saja Shin Ae menangkap sosok ibu-ibu yang sepertinya ia kenal, Shin Ae menghentikan langkahnya dan berusaha berkonsentrasi memperhatikan ibu-ibu yang berada beberapa meter darinya. Ia mencoba mengingat-ngingat siapa ibu itu, dan akhirnya ia menemukan jawabannya, ibu itu adalah eomma nya Key. Shin Ae mulai melangkah lagi, dy berusaha untuk melihat ibu itu lebih dekat, tampang na sedikit shock.
"A..S..Shin Ae ssi! kau mau ke mana??"
"Tunggu sebentar di sini ya, aq akan segera kembali," Shin Ae berlari meninggalkan Shin Woo yang terheran-heran. Shin Ae berusaha untuk bisa bertemu dengan ibu itu. Namun sialnya, Myeongdong terlalu ramai, dan sosok ibu itu hilang di tengah kehiruk pikukan tersebut. Shin Ae merasa kecewa, padahal semenjak Key meninggal, dy tidak pernah lagi bertemu dengan ahjumma. Sekarang di saat ada
kesempatan, ahjumma malah menghilang.
"Shin Ae ssi~, kau mengejar apa?" Shin Ae langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Di lihatnya Shin woo yang terengah-engah karena mengejar Shin Ae.
"Aniyo~, aq hanya melihat seseorang yang sepertinya aq kenal, tapi sepertinya aq salah orang," Shin Ae menghela nafas dan berkecil hati. "Kkaja, kita pulang," Shin Woo dan Shin Ae beranjak meninggalkan Myeongdong yang semakin gemerlap, mungkin juga karena letih, mereka jadi diam satu sama lain. Tidak terpikirkan satu pun hal di otak mereka untuk di bahas, Shin Woo hanya sibuk menyetir dan membawa Shin Ae pulang ke rumah.
Rumah Shin Ae sudah tidak jauh lagi, beberapa menit kemudian mereka sampai di depan pagar rumah Shin Ae. Shin Ae turun dari mobil Shin Woo, seragam na sudah bau dipenuhi keringat dan badannya juga sudah lengket, ia sudah tidak sabar berendam di air hangat. Shin Ae turun dari mobil, kemudian menghadap ke arah jendela mobil yang terbuka untuk melihat Shin Woo.
"Gamsahamnida Shin Woo ssi," ucapnya sambil membungkukkan badan.
"Ne, gamsahamnida juga, hari ini aq sangat senang, lain kali temani aq lagi ya,"
"Ya, baiklah, aq akan menemanimu,"
"Oke, My best friend, aq juga harus pulang, sampai ketemu, dah~," Shin woo melambaikan tangannya dan menutup jendela, lalu ia meninggalkan Shin Ae dan melaju dengan mobilnya. Shin Ae hanya tersenyum senang melihat bayang-bayang mobil Shin Woo yang semakin lama semakin hilang di telan malam.
Keterangan :
*Apakah kamu marah?
*Maukah kau menolongku?
*Ce1 = Cewek 1 n seterusnya
*eomuk = Fish cake