It's You (chapter 3)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 10:42 PM

1

Fuahhh~ gara2 FF nie, aq jadi buka lappie lagi n OL, hahaha, padahal udah mau ujian, tapi gak tau napa, ide tiba2 aja dateng n rasanya gak sabar buat ngelanjutin, buat yang udah nunggu~ mianhe, ngelanjutin na lama *Bow
Lanjutan FF It's U chap 3 nie, aq buat na rada cepet2, jdi na sori ajha ya kalo misal na ada yg ng'ganjal~ huahahaha~

Please comment n i hope u like it~
Gomawooo ^^

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sowon high school pagi hari ini seperti biasa diramaikan oleh kehebohan para murid-muridnya yang sedang berkumpul dan menggosip di berbagai sudut sekolahan. Mereka banyak sekali membahas hal-hal, seperti soal cafe terbaru, tempat nongkrong baru, dan lain-lain. Namun hari ini, kebanyakan dari mereka sedang meributkan soal kedatangan cowok yang menemui Shin Ae kemarin. Rupanya cowok itu sudah banyak menarik perhatian para murid-murid cewek di sana. Jeritan sesekali terdengar ketika mereka membicarakannya dan ada juga yang menggerutu kesal karena cemburu dengan Shin Ae yang mendapat keberuntungan bisa mengobrol dengan cowok itu.

Sesuai dugaan, ketika Shin Ae masuk ke kelas, teman-teman cewek sekelasnya langsung menoleh dan langsung mengerumuni Shin Ae. Mereka bertanya-tanya soal hubungan Shin Ae dengan cowok itu. Shin Ae langsung kebingungan menghadapinya, dan saat itu jugalah Jinki tiba-tiba datang.

"Oii, kalian berisik sekali sih! pagi-pagi dah ngegosip, mana di tengah jalan pula. Lagipula cowok yang kalian ributkan itu cuma cowok yang kebetulan menabrak Shin Ae di tengah jalan saja, dan kemarin dy hanya menyampaikan map milik Shin Ae, begitu ajha ribut, dasar cewek!" Jinki langsung memalingkan wajahnya dan melangkah menuju tempat duduk na, beberapa murid merasa kesal dengan sikap Jinki, sampai-sampai ada yang diam-diam mengepalkan tangannya dan berlaku seolah-olah mau memukul Jinki dari belakang.

"Haishh~, dasar tukang ikut campur," gerutu salah satu cewek yang kesal kepada Jinki.

"Hahahaha, kalian tidak usah salah paham, apa yang dikatakan Jinki itu benar, pagi kemarin aq menabraknya di jalan, dan map q terjatuh, lalu tertinggal, kemarin dy datang ke sekolah ini hanya untuk menyampaikan map itu saja. Jadi kalian tidak perlu khawatir, ehehe" Shin Ae berusaha menenangkan massa, dan menyelesaikan kesalah pahaman itu.

"Hoooo, tapi kau beruntung sekali bisa bertabrakan dengan cowok itu, kau tauuuu Shin Aeeee, dy itu tampannnn sekaliiii!! kalau aq jadi kau aq juga mauuu"
"Betul Shin Ae, kau beruntung, kalau aq jadi kau, aq akan berkenalan dengannya, dan mengajaknya berjalan-jalan, lalu....oh iya, apa kau tau namanya? rumahnya di mana? apa kau sudah mengetahui sedikit soal identitasnya?"
"Ayolahh Shin Ae, beritahu kami, aq benar-benar ingin tau soal cowok itu, aq menyukainyaaa~"
"Haishhh!! apa-apaan kau?!! sudah kuputuskan kalau cowok itu milikku! kau tidak boleh merebutnya!"
"Apa?!! milikmu? gak salah? dy sudah menjadi incaran q saat aq pertama melihatnya, jadi dy milikku,"
"Tidak!! kalian tidak boleh, aq yang pertama kali melihatnya, jadi hanya aq yang bisa memilikinya, ara?!" cewek-cewek itu sekarang jadi saling memaki dan berebut mengakui kepemilikan cowok itu seakan-akan cowok itu adalah barang. Shin Ae diam-diam melarikan diri dari kericuhan tersebut, dy mengambil celah kemudian segera pergi ke tempat duduknya di samping Jinki.

"Fuahhh! Jinjja! bodoh sekali, hanya karena cowok itu saja mereka bertengkar, padahal belum tentu cowok itu akan memilih mereka, ckckck~" Shin Ae menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap ke arah kumpulan cewek-cewek yang tadi menghadangnya.
"Hm...kenapa? kau cemburu?" celetuk Jinki dengan nada dingin. Shin Ae langsung melihat ke arah Jinki yang berwajah tenang sambil membaca buku.
"A...aniyoo~, aq hanya heran saja pada mereka, kenapa hal sekecil itu saja dipeributkan? bikin pusing!"
"Kalau begitu kau tidak usah mengurusi mereka, mereka khan biasa seperti itu, sudah tau bikin pusing, masih diurusin"
"A...ya! Jinki ah, kau kenapa sih? pagi-pagi begini nada bicara mu dingin sekali kepadaku, apa kau ada masalah denganku? apa kau sedang kesal?"
"Ah~ Park Songsaenim sudah datang," Shin Ae mengalihkan pandangannya ke depan, memang benar Park songsaenim sudah datang, tapi Shin Ae merasakan ada hal yang aneh dengan Jinki.

Pelajaran Park songsaenim sangat membosankan, apalagi cara mengajarnya, seakan-akan setiap kata-kata yang dy ucapkan adalah mantra tidur bagi para murid di kelas ini. Shin Ae saja selalu mengantuk ketika mendengar Park Songsaenim menyampaikan materinya. Biasanya, di saat-saat yang membosankan begini, Shin Ae akan mencoba permainan-permainan seru di kertas dengan Jinki, tapi Shin Ae semakin heran ketika Jinki memperhatikan pelajaran. Padahal biasanya Jinki mengeluh dan merasa tidak betah.

"Jinki ah," Shin Ae dengan suara setengah berbisik memanggil Jinki sambil menyenggol-nyenggolkan siku na ke tangan Jinki. Jinki tidak menjawab.
"Jinki ah," Shin Ae sekali lagi memanggil Jinki, tapi tidak ada jawaban. Shin Ae kesal, dan akhirnya menginjak kaki Jinki dengan sangat keras.
"Arghhh!!!!" suara Jinki menarik perhatian seluruh kelas, mereka semua langsung menoleh ke Jinki. Park songsaenim pun ikut terkejut, malahan saking terkejutnya, buku pelajaran yang ada di tangannya hampir terlempar.
"Ada apa Jinki ssi?" tanya Park songsaenim penuh selidik sambil memegangi bingkai kacamatanya.
"A...ee....s...saya tadii.." Jinki kebingungan mencari alasan. "Ahh~ tadi kaki saya saat mau bergeser tidak sengaja menatap kaki meja, karena itu saya teriak pak," Jinki berupaya untuk berbohong sambil melirik Shin Ae yang terkekeh-kekeh di sebelahnya.
"Ohh begitu, yasudah, lain kali kau harus lebih hati-hati," hanya begitu saja ucapan terakhir seorang Park songsaenim, orangnya tidak begitu ambil pusing soal hal-hal kecil yang terjadi, tidak seperti Jung songsaenim yang memang killer, sedikit saja ada yang mengganggunya mengajar, tidak segan-segan dy menyingkirkan sumber kegaduhan itu.

"Shin Ae aah,"
"Hmmm?" jawab Shin Ae sambil menatap ke depan dan tersenyum jahil.
"Awas kau nanti,"
"Hmppphff~, awas kenapa? aq tidak takut padamu, khukhukhu," Jinki sudah melirik tajam ke arah Shin Ae sambil memasang tampang mengancam, sementara Shin Ae masih cekikikan.

Pelajaran geografi dari Park songsaenim dan beberapa pelajaran lainnya sudah usai. Akhirnya murid-murid dapat mengistirahatkan otaknya setelah panas dibuat berpikir ketika pelajaran. Beberapa anak segera berlarian menuju kantin, sedangkan Shin Ae dan Jinki menetap di kelas. Jinki memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam kolong, kemudian beranjak dari kursinya dan keluar dari kelas tanpa mengajak Shin Ae atau mengeluarkan sepatah katapun kepadanya. Shin Ae melongo ketika melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa itu, kemudian segera menyusul Jinki.

"Jinki ah~ Jinki ah~" panggil Shin Ae sambil terengah-engah, namun Jinki tidak menggubrisnya. Akhirnya Shin Ae sekali lagi berteriak, "Lee Jin Ki!!" saat itu pula Jinki menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang. Shin Ae berjalan menyusul Jinki yang jaraknya hanya tinggal ditempuh beberapa langkah lagi.
"Heuhhh~ capek! kau ini kenapa sih? dari tadi q panggil, kau tidak menoleh?? *hwanasseo? soal tadi? mianhe, tadi itu aq sedang kesal karena kau tidak juga menoleh kepadaku saat aq memanggilmu ketika pelajaran tadi, aq tau aq salah karena sudah menganggu konsentrasimu belajar, tapi khan gak perlu kayak gini," Shin Ae berusaha mengatur nafasnya karena kelelahan.

"Sudah? itu saja yang ingin kau katakan?"
"Hah?"
"Ck~ ah~ aq gak suka membuang-buang waktu!" Jinki berbalik dan pergi meninggalkan Shin Ae. Shin Ae makin kebingungan dengan tingkah Jinki hari ini. Dia pun berjalan lunglai ke kelas. Entah dy tidak tau apa yang terjadi pada Jinki, padahal ketika pulang sekolah kemarin, Jinki baik-baik saja, malahan dy menghibur Shin Ae saat dy menangis soal Key.

Sampai di bangkunya, Shin Ae mengeluarkan beberapa kertas dari tasnya dan mencoret-coretnya dengan penuh kemarahan. Rasanya dy ingin menangis tapi tidak bisa. Itulah kebiasaannya dari dulu yang tidak pernah hilang, mencoret-coret kertas untuk melampiaskan kekesalannya.

*............*.............*

Pulang sekolah tiba, seperti biasanya, Jinki mengantar Shin Ae pulang, namun kali ini tidak. Jinki langsung meninggalkan Shin Ae begitu saja dari sekolah dan langsung pulang tanpa menunggu Shin Ae. Campuran perasaan marah, kesal, sedih, dan kecewa teraduk menjadi satu dalam dirinya. Jinki benar-benar bertingkah aneh hari ini. Padahal kalau Jinki sedang marah, pasti Shin Ae selalu bisa mengetahui alasannya.

Shin Ae berjalan sendirian ke arah gerbang. Karena perilaku Jinki hari ini, dy tidak bersemangat. Isi otaknya dari tadi hanya dipenuhi dengan pertanyaan soal Jinki. Kenapa Jinki bisa sedingin itu padanya? Kenapa Jinki tidak bersikap seperti biasanya? Kenapa dy tidak tau apa masalah yang sedang menerpa Jinki? Kenapa dy tidak mengetahui apa-apa? padahal dy sendiri adalah sahabat dekatnya, tidak ada yang lain.

Ketika langkahnya sudah mendekati gerbang, tiba-tiba sosok 'Key' itu muncul, dan lagi-lagi membuat beberapa cewek lain histeris. Cowok itu melambai-lambai ke arah Shin Ae. Shin Ae dengan begonya menoleh-noleh ke kanan kirinya, mengira cowok itu sedang menyapa orang lain. Cowok itu hanya bisa garuk-garuk kepala melihat Shin Ae sambil melengos. Shin Ae akhirnya tersadar kalau yang baru saja dilambaikan tangan itu dirinya sendiri, kemudian menunjuk dirinya seakan-akan mengatakan "Aku?". Cowok itu akhirnya mengangguk dan menyuruh Shin Ae mendektinya dengan isyarat tangan. Perlahan-lahan Shin Ae mendekati cowok itu.

"Annyeong," sapanya pelan sambil membungkuk.
"Annyeong haseo" balas Shin Ae. Cowok itu langsung menyodorkan tangannya untuk berkenalan.
"Kenalkan, Choi Shin Woo imnida" Shin Ae menyambut tangan itu dan tersenyum tipis. Awalnya ada sedikit harapan dalam dirinya kalau cowok itu menyebutkan nama Kim Ki Bum, ternyata dy memang bukan Kibum, padahal wajahnya sangat mirip.
"kenalkan juga, namaku Shin Ae, Kim Shin Ae,"
"Aha~ aq sudah tau namamu koq,"
"D..dari mana kau tau?"
"Kau lupa ya? kenapa kemarin aq bisa ke sekolah ini dan mengembalikan map kepadamu? khan semua itu dari kartu pelajarmu. Sebenarnya dari kemarin saat akan mengembalikan map itu, aq penasaran ingin berkenalan denganmu, tapi tidak sempat-sempat karena kau keburu pergi, hehe," Shin Wo tersenyum polos.
"Haha, mianhe, aq nggak sopan, bukannya membiarkanmu memperkenalkan diri, tapi malah meninggalkanmu,"
"Gwaenchana, yang penting sekarang aq sudah bisa berkenalan denganmu. Emm.... sebenarnya 2 hari yang lalu aq baru saja datang ke Korea, selama ini aq tinggal di Amerika, tepatnya di Seattle. Karena itu, aq masih asing dengan kota ini. Kebetulan aq bertemu denganmu, eng...*jeoleul dowa jusilsu ittnayo?"
"Ng...kau ingin minta tolong apa?"
"Kau mau tidak mengajakku berjalan-jalan berkeliling di daerah sekitar sini? Aq masih sedikit bingung dengan tata kota Seoul."
"Mwo? berkeliling?"
"Ne, mau nggak?"
"Emmm...." Shin Ae terlihat berpikir sejenak.
"Ayolahhhh...., Jebal...., kau lah orang Korea yang sebaya denganku yang pertama kukenal,"
"Baiklah, kkaja!" Shin Woo langsung mengembangkan senyumnya. Mereka berdua langsung menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil Shin Woo. Shin Woo mempersilahkan Shin Ae masuk, setelah itu Shin Woo masuk dan langsung mengendarai mobilnya keluar lapangan parkir.

Pertama kali inilah Shin Woo mengenal yang namanya Seoul, kota yang indah dan menawan. Beberapa tempat sudah mereka kunjungi berkat petunjuk dari Shin Ae. Saat ini mereka sedang berada di Myeongdong. Tempat ini adalah salah satu tempat perbelanjaan yang terkenal di Korea, suasananya sangat ramai dan di kanan kirinya di penuhi dengan toko yang menjual berbagai macam produk. Shin Ae melihat sebuah mobil pick up yang membuka stand dan menjual tteokbokki juga eomuk, makanan yang sudah merakyat di Korea. Shin Ae langsung menarik Shin Woo untuk mencoba beberapa makanan ringan itu.

"Shin Woo ssi, kau tidak pernah mencoba makanan ini sebelumnya khan?"
"Memangnya ini makanan apa?"
"Haha, ternyata kau belum pernah mencobanya. Ahjumma, aq beli tteokbokinya dan eomuk ini," Shin Ae mengambil beberapa tteokbokki yang sudah di tusukan dalam tusukan bambu, dan juga beberapa eomuk kemudian menyerahkan beberapa ribu won kepada penjualnya. "Nih, cobalah, ini enak! makan yang hangat-hangat cocok di hari yang dingin seperti ini," Shin Woo mengambil 1 eomuk dari tangan Shin Ae dan kemudian melahapnya.
"Wahhh~ henakk! hini henak hekali" kata Shin woo dengan mulut penuh eomuk. Setelah makanan itu habis di mulutnya, dy mengambilnya tteokboki, kemudian eomuk, terus seperti itu sampai makanan itu habis di sikat olehnya. Shin Ae tertawa melihat tingkah Shin Woo yang seperti orang kelaparan. Fuh~ lagi-lagi, hal itu megingatkannya tentang Key, Key sangat suka makan teokbboki dan eomuk, setiap jalan-jalan, pasti Key membeli makanan itu. Setelah selesai makan, Shin Woo dan Shin Ae kembali melanjutkan perjalanannya. Mereka tidak tau, bahwa sebenarnya sejak tadi ada 4 cewek yang mengikuti mereka dari belakang.

"Hoi, nggak keliatan tauk, hei gendut! aq juga mau lihat!" *Ce1
"Sabar! aq sedang mengawasi mereka!" *Ce2
"Huh! dasar pelit!!"
"Biarin, salah sendiri kau nggak bawa kekeran dari rumah,"
"Kalian ini! ribut sekali sih??!! bisa diam tidak?! kalau ketahuan bagaimana? perhatikan Shin Woo terus!" *Ce3
"Oh, jadi namanya Shin Woo? kau tau dari mana?" *Ce4
"Tentu saja aq tau, tadi aq dengar dengan jelas di dekat gerbang saat Shin Woo memperkenalkan dirinya pada Shin Ae!! Grrr!!! cewek itu!! bikin kita iri saja!! harusnya aq yang ada di sana dengan Shin Woo!!"

"Hei!! apa yang kalian lakukan di sini??! kalian penguntit ya?"
tiba-tiba sebuah suara yang berat mengiringi mereka dari belakang. Dengan kakunya kepala empat cewek itu menoleh.

"A....ampunn ahjussi, kami tidak menguntit k..koq, ha..hanya.."
"HANYA APA??!! ikut saya ke kantor!!" seru petugas keamanan itu. Ke 4 cewek tersebut hanya bisa pasrah ikut petugas itu ke pos nya.

*..............*..............*

"Fuahhhhh~ setelah ini kita kemana lagi ya Shin Ae ssi? hari ini benar-benar menyenangkan sekali!"
"Hahaha iya, kau ini orangnya mudah akrab ya...,"
"Jinjja? padahal biasanya aq tidak banyak bicara pada orang baru, tapi tidak tau kenapa kalau denganmu, kita seperti sudah lama kenal, yah~ mungkin karena seharian ini kita bersama terus,"
"Ne, aq juga sebenarnya bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru juga,"
"Kita mungkin sudah di takdirkan untuk menjadi best friend ya,"
"Ha? Best Friend?"
"Ne, Best friend, sahabat, teman baik, teman akrab, teman dekat!"
"kkk, begitukah?" Shin Ae merasa senang dianggap teman baik oleh Shin woo, senang sekali!
"Tau gak, aq mulai menyukai Seoul, aq mulai menyukai Korea, negara ini menyenangkan! lebih menyenangkan dari pada di Seattle, walaupun di sana juga menyenangkan sih, teman-teman q semuanya baik, namun Seoul lebih menarik,"
"Hahahaha, tentu saja, bagiku tidak ada negara yang lebih menarik dari Korea, di sini kau bisa menemukan banyak hal,"
"Yah, q pikir juga begitu, aq jadi ingin tinggal selamanya di sini,"
"Jadi kau hanya sementara ada di Korea?" Shin Woo mengangguk.
"Benar, aq hanya akan tinggal selama satu tahun di sini, setelah itu aq kembali ke Seattle, aq di sini hanya ingin menemani kedua orang tuaku yang rindu pada tanah airnya."
"Ouh, orang tuamu kerja di sana juga,"
"Yap, appa membuka sebuah perusahaan yang bernama "Kim" di sana, nama perusahaan itu di ambil dari marganya,"
"Kim? tapi marga mu khan...?"
"Sudah q duga, banyak sekali orang yang salah paham soal nama q, sebenarnya~ aq ini anak angkat mereka, marga q juga seharusnya Kim, tapi karena aq lebih suka dengan marga dari orang tua asli q, aq lebih suka menyandang marga Choi, aq tidak peduli apa yang orang lain katakan, hhahahaa,"
"Dasar....! lalu orang tua mu yang asli di mana?" raut wajah Shin Woo sedikit berubah ketika mendengar pertanyaan itu.
"Hmmh~ yah~ tentu saja mereka sudah meninggal," Shin Woo menunduk ketika mengatakan soal orang tuanya.
"M..mianhe, aq tidak bermaksud..."
"Gwaenchana....., hhh..... mereka mangalami kecelakaan mobil beberapa tahun yang lalu, kemudian...... karena keluarga Kim adalah teman baik keluarga q, jadinya aq dan adik q Choi Se Na di angkat menjadi anak mereka,"
"Aq baru tau kau punya adik,"
"Haha, tentu saja, kau saja baru mengenalku. Hmm..Choi Se na, dy adik perempuan q satu-satunya yang q sayangi, umur kami tidak beda jauh, dan kami sangat akrab,"
"Wah, enak sekali, aq dan adik q saja tidak segitu akrab na, kami lebih sering bertengkar dari pada akrab satu sama lain,"
"Tidak berbeda jauh dengan teman-teman q di Seattle, mereka punya saudara, tapi mereka tidak pernah akur satu sama lain," Shin Ae mengangguk-angguk, mengerti dengan apa yang dikatakan Shin Woo.
"Tapi untuk ukuran orang luar, kau fasih berbahasa Korea ya,"
"Tentu saja, selama di Seattle, jika kami sekeluarga berkumpul di rumah, kami selalu menggunakan bahasa Korea, appa akan marah jika di rumah aq tidak menggunakan bahasa itu. Yah~ orang tua q itu memang orangnya memiliki jiwa nasionalisme terhadap Korea, karena itu, biar di Seattle, kami masih banyak menggunakan adat Korea, dari makan, bahasa, dan lain-lain,"

"Ngomong-ngomong, habis ini kita mau jalan-jalan ke mana lagi?"
"Jalan-jalan? kau masih ingin jalan-jalan? hmm...sebaiknya kita pulang saja, sudah sore, sebentar lagi malam, aq sudah lelah," wajah Shin Ae sudah cukup lesu hari ini.
"Okey, kita pulang, q pikir kita juga sudah terlalu lama berjalan-jalan, sekarang aq jadi merasa capek juga~ Huahh!!" ujar Shin Woo sambil menarik kedua lengannya ke atas.

Sore ini memang cukup melelahkan bagi Shin Ae, dy harus menemani Shin Woo berjalan-jalan untuk mengenal beberapa daerah di Korea. Namun, karena acaranya hari ini dengan Shin Woo menyenangkan, Shin Ae bisa sedikit melupakan soal masalahnya dengan Jinki.

Mereka pun berjalan menelusuri Myeongdong menuju tempat parkir. Shin Woo sesekali menguap. Selama perjalanan itu, Shin Woo dan Shin Ae tidak saling bicara, entah kenapa suasana menjadi hening. Beberapa lampu mulai menyala ketika hari mulai gelap, walaupun masih ada sedikit cahaya yang di pancarkan matahari. Suasana Myeongdong semakin ramai saja, bahkan semakin banyak anak muda yang datang ke tempat ini. Di tengah keramaian itu, tiba-tiba saja Shin Ae menangkap sosok ibu-ibu yang sepertinya ia kenal, Shin Ae menghentikan langkahnya dan berusaha berkonsentrasi memperhatikan ibu-ibu yang berada beberapa meter darinya. Ia mencoba mengingat-ngingat siapa ibu itu, dan akhirnya ia menemukan jawabannya, ibu itu adalah eomma nya Key. Shin Ae mulai melangkah lagi, dy berusaha untuk melihat ibu itu lebih dekat, tampang na sedikit shock.

"A..S..Shin Ae ssi! kau mau ke mana??"
"Tunggu sebentar di sini ya, aq akan segera kembali," Shin Ae berlari meninggalkan Shin Woo yang terheran-heran. Shin Ae berusaha untuk bisa bertemu dengan ibu itu. Namun sialnya, Myeongdong terlalu ramai, dan sosok ibu itu hilang di tengah kehiruk pikukan tersebut. Shin Ae merasa kecewa, padahal semenjak Key meninggal, dy tidak pernah lagi bertemu dengan ahjumma. Sekarang di saat ada
kesempatan, ahjumma malah menghilang.

"Shin Ae ssi~, kau mengejar apa?" Shin Ae langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Di lihatnya Shin woo yang terengah-engah karena mengejar Shin Ae.
"Aniyo~, aq hanya melihat seseorang yang sepertinya aq kenal, tapi sepertinya aq salah orang," Shin Ae menghela nafas dan berkecil hati. "Kkaja, kita pulang," Shin Woo dan Shin Ae beranjak meninggalkan Myeongdong yang semakin gemerlap, mungkin juga karena letih, mereka jadi diam satu sama lain. Tidak terpikirkan satu pun hal di otak mereka untuk di bahas, Shin Woo hanya sibuk menyetir dan membawa Shin Ae pulang ke rumah.

Rumah Shin Ae sudah tidak jauh lagi, beberapa menit kemudian mereka sampai di depan pagar rumah Shin Ae. Shin Ae turun dari mobil Shin Woo, seragam na sudah bau dipenuhi keringat dan badannya juga sudah lengket, ia sudah tidak sabar berendam di air hangat. Shin Ae turun dari mobil, kemudian menghadap ke arah jendela mobil yang terbuka untuk melihat Shin Woo.

"Gamsahamnida Shin Woo ssi," ucapnya sambil membungkukkan badan.
"Ne, gamsahamnida juga, hari ini aq sangat senang, lain kali temani aq lagi ya,"
"Ya, baiklah, aq akan menemanimu,"
"Oke, My best friend, aq juga harus pulang, sampai ketemu, dah~," Shin woo melambaikan tangannya dan menutup jendela, lalu ia meninggalkan Shin Ae dan melaju dengan mobilnya. Shin Ae hanya tersenyum senang melihat bayang-bayang mobil Shin Woo yang semakin lama semakin hilang di telan malam.

Keterangan :
*Apakah kamu marah?
*Maukah kau menolongku?
*Ce1 = Cewek 1 n seterusnya
*eomuk = Fish cake

It's You (chapter 2)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:16 PM

0

"Key??!!!"

Shin Ae terpanjat melihat pemandangan yang ada di depannya. Mimpi ataukah bukan? tapi ini nyata! Dy melihat sosok Key.

"Hah? Key? siapa itu?" pertanyaan itu membuat Shin Ae tersadar, bahwa tentu saja tidak akan ada dua orang Key yang hidup di dunia ini.

"Jeosong hamnida, aq salah orang, aq harus cepat-cepat ke sekolah, sebentar lagi aq terlambat, terima kasih atas bantuannya," Shin Ae buru-buru membungkukkan badannya dan berlalu begitu saja, meninggalkan cowok yang berwajah menyerupai key itu.

Seharian ini Shin Ae tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran sekolahnya. Yang dy lakukan hanyalah melamun, melamun, dan melamun. Tidak henti-hentinya dy memikirkan cowok yang tadi pagi dy tabrak. Mengingatkannya akan Key, wajah, postur tubuh~ hampir semua yang dy lihat benar-benar sangat mirip Key.

Jinki yang sedari tadi memperhatikan Shin Ae terheran-heran dengan tingkah Shin Ae yang aneh. Padahal biasanya dia lah yang paling serius memperhatikan pelajaran guru. namun sekarang dy berwajah muram, dan matanya memandang kosong ke depan. Jinki yang tidak tahan melihat semua keganjalan itu akhirnya membuat gumpalan kertas yang dy remas2, kemudian dengan satu hentakan, tangannya melemparkan gumpalan kertas itu tepat ke kepala Shin Ae.

"Ouch!! Ya!" Shin Ae refleks langsung menoleh ke belakang, bermaksud untuk mencari orang yang baru saja melempari kepalanya. Namun, dalam waktu yang bersamaan Jung songsaenim memanggil Shin Ae.

"Shin Ae sshi~! apa yang membuatmu teriak?!"
"Haa?" Shin Ae langsung mengalihkan pandangan ke depan. Dilihatnya Jung songsaenim sudah memasang tampang murka kepadanya.
"Keluar!!"
"Mwo?"
"Saya bilang keluar!!! Palli palli! kau sudah membuat keributan dalam pelajaran q, dari pada kau membuat keributan lagi, lebih baik kau keluar! ayooo~ cepat, apa perlu kau q tendang hah?!!" Jung songsaenim semakin marah. Shin Ae merasa sangat malu, apalagi hampir satu kelas menatapnya dan beberapa murid ada yang cekikikan karenanya. Dengan segan akhirnya dy berjalan keluar.

Istirahat tiba, Jinki menghampiri Shin Ae yang berada di kantin dan sedang meminum susu melonnya. Setelah sampai di sisi Shin Ae, Jinki langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Hei! apa yang kau tertawakan?!" Shin Ae mulai mengomel kepada Jinki. Dan dy mulai menatap Jinki dengan sadis.

"Hahahaha, aq hanya tertawa saja mengingat kejadian tadi, seorang Shin Ae yang terkenal memperhatikan pelajaran dengan serius, tiba-tiba saja di hukum karena membuat keributan, hahahaha, aq tidak bisa berhenti tertawa jika mengingatnya," Jinki terus tertawa sampai matanya yang sipit menghilang.

"Aishhhh! tega sekali sih kau, menertawakanku seperti itu, jelas-jelas bukan aq tadi yang salah!! orang yang melemparku dengan gumpalan kertas tadi yang seharusnya di hukum! dy yang telah membuat q kesal," Shin Ae menggerutu kesal. Terukir jelas di raut wajahnya bahwa dy ingin membantai orang penyebab perkara tadi.

"Tapi tadi aq tidak bermaksud jahat Shin Ae aah, habis tadi aq lihat kau melamun terus, tumben-tumbennya, tidak seperti biasanya kau begitu, karena itu, agar tidak membuatmu tenggelam dalam lautan khayalanmu yang entah apa itu, aq melemparimu kertas itu, wkwkwk"

"Hooh! jadi kau dalang di balik semua ini??!! aishhh! jinjja!! kenapa kau melakukan itu padaku hah?? kau suka melihatku di hukum seperti itu?? sahabat macam apa kau ini?!! teganya kauu!! ergghh!!" Shin Ae geram setelah mengetahui bahwa yang tadi membuatnya di hukum adalah Jinki. Dy langsung mencubit lengan Jinki sekeras mungkin, kemudian memukul bahunya dengan kepalan tangannya.

"Arghhhhh!!! sakit tau!!"

"Biarin, ini semua khn salahmu," Shin Ae menjulurkan lidah ke arah Jinki, lalu menambah laju jalannya dan meninggalkan Jinki. Jinki menggaruk-garuk kepalanya. Dy merasa bersalah dan mengejar Shin Ae, sampai akhirnya dy dapat menggapai bahu Shin Ae dari belakang dan langsung melontarkan permintaan maaf.

"Shin Ae aah, mianheee~ jeongmal mianhee!" Shin Ae membuang muka dan mengerucutkan bibirnya.

"Aigoooo~ ya! jangan begitu~ aq benar-benar tulus meminta maaf, tadi khn awalnya aq bermaksud baik. Cuma agar kau kembali berkonsentrasi dalam pelajaran. Coba bayangkan saja jika aq tidak membuyarkan lamunanmu, dan Jung songsaenim menemukanmu sedang tidak memperhatikan pelajarannya, lalu kau di suruh maju ke depan, dan menjawab soal. Saat itu kau tidak bisa, di buat malu oleh Jung Songsaenim di depan murid-murid, lalu di keluarkan~. Sudah tambah malu, dikeluarkan dan dihukum pula."

"Ne, gomawoooo~!!" Akhirnya Shin Ae berterimakasih, walaupun nadanya masih terdengar tidak ikhlas. Jinki tersenyum puas. "Maksud q gomawo sudah membuat q dihukum!" senyum Jinki yang tadinya cerah berubah drastis menjadi masam. Shin Ae mempercepat langkahnya menuju ke kelas, sedangkan Jinki masih berusaha mengejar Shin Ae sambil lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

--------------------------------------------

Jam pelajaran telah usai, kini semua murid-murid mulai merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tidak terkecuali Shin Ae, dy sudah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas. Kemudian mengucapkan salam dan berjalan menuju pintu keluar kelas. Shin Ae bermaksud ke ruang guru setelah pulang sekolah untuk menyerahkan tugas. Barulah dy teringat akan map hijau yang berisi tugas2nya dan juga kartu pelajarnya tidak ada.

"Arghhhh!!!" Shin Ae menepuk jidatnya.
"Waeyo?" tanya Jinki yang tiba-tiba saja muncul di samping Shin Ae.
"Omooo! kau ini membuat q kaget saja!"
"Kau saja yang tidak perhatian, aq khn selalu di sini, di sampingmu, sejak kapan setiap sepulang sekolah aq tidak ada di sampingmu hah? kau saja pulang selalu bareng denganku, ckckck"
"Jinki aah, aq kehilangan map q, tugas-tugas q semua ada di sana, jugaa~ kartu pelajar q, aduhhhh~ bagaimana ini? aq bingungg, hari ini tugas q harus di kumpulkan, huffff~" Shin Ae melengos, dy ingin sekali menangis.
"Hm? bagaimana bisa hilang?"
"Tadi pagi aq menabrak seorang cowok, yah~ saat itu map q juga ikut terlepas dari tangan q, waktu aq pergi aq melupakan map itu. Saat itu aq benar-benar terburu-buru karena hampir terlambat, yah~ aq berharap semoga orang yang q tabrak tadi mengambil map itu dan mencari q untuk mengembalikan map itu padaku,"
"Haha, kau ini sebenarnya terburu-buru atau lupa karena cowok yang kau tabrak itu terlalu tampan, sehingga kau melupakan map mu hah? wkwk"
"Haisssh! dalam keadaan begini, kau masih saja bercanda. Ini benar-benar hal yang darurat! kau masa tidak tau sih betapa galaknya Yoo songsaenim jika aq telat mengerjakan tugas q, mana hari ini terakhir dikumpul, sedangkan semua anak sudah mengumpulkannya..=,=a"
"Salah siapa? siapa suruh mengerjakan tugas di tunda-tunda, babo!" olok Jinki sambil mengacak-ngacak rambut Shin Ae.
"Argghhh~, jangan mulai! aq tidak suka di begitukan!" Shin Ae balas mengacak-ngacak rambut Jinki.

Mereka sudah hampir sampai di gerbang sekolah, namun ada pemandangan yang sedikit menarik di depan gerbang. Ada seseorang yang sangat mencolok di sana, menarik perhatian para murid-murid SMA yang pulang, beberapa cewek juga ada yang berteriak kesenangan, sedangkan beberapa yang lain sibuk mengaca dan berdandan. Dy adalah seorang cowok, sepertinya dy orang yang baru saja pulang dari luar negeri, terlihat dari pakaiannya yang memakai brand terkenal dari luar. Rambutnya hitam kocoklatan, wajahnya putih bersih, namun masih menunjukkan ciri khas wajah orang Korea, telinga kanan dan kirinya masing-masing memakai anting. Dan dy bersandar di tembok gerbang sambil melipat tangannya di dada dan tangan kirinya memegang sebuah map hijau.

Shin Ae terpaku, mulutnya menganga mengingat bahwa cowok itulah yang tadi pagi ia tabrak. Hanya saja, tubuhnya terasa merinding, seperti ada aliran listrik menjalari tubuhnya. Sebuah sosok yang bisa dibilang imitasi dari Key, berdiri di depannya.

Kemudian pandangan Shin Ae teralihkan pada map yang di pegang oleh cowok itu. Wajahnya langsung berbinar-binar, tau bahwa itulah map yang sedari tadi ia cari-cari. Perlahan-lahan Shin Ae mendekati cowok itu, walaupun setiap ia melangkah ada getaran hebat di dadanya. Pikirannya jadi melayang-layang ke masa lalunya. Jinki memandang Shin Ae dan cowok itu bergantian.

"Annyeong," sapa Shin Ae.
"Ne, annyeong~," cowok itu menoleh mendengar sapaan Shin Ae, lalu tersenyum. "Ahh, mianhe, tadi map mu terjatuh dan tertinggal di jalan saat kau menabrakku, di sini ada kartu pelajarmu, jadi aq tahu bahwa kau sekolah di sini,"
"Gwaenchana, aq pikir kau tidak peduli terhadap map ini, syukurlah akhirnya kau membawanya kemari, di sini ada beberapa tugas-tugas q yang harus ku kumpulkan, sekali lagi gomawo~," Shin Ae membungkuk dalam-dalam. Selama membungkuk, dy merasa air matanya akan jatuh, ingin sekali dy memeluk cowok yang berada di hadapannya, dy sungguh rindu pada sosok Key. Kini luka di masa lalu itu........ terbuka kembali~

Shin Ae kembali menegakkan tubuhnya dan buru-buru berbalik ke belakang lalu pergi berlari ke arah sekolah, Jinki yang sekilas bertatapan dengan cowok itu hanya menundukkan kepalanya sedikit lalu mengikuti Shin Ae. Cowok itu awalnya ingin ngobrol sebentar dengan Shin Ae, namun yah~ mau bagaimana lagi, Shin Ae sudah terlanjur pergi dan tangannya yang tadi terangkat karena bermaksud memanggil Shin Ae, dy turunkan perlahan dan setelah itu pergi meninggalkan gerbang sekolah.

Shin Ae sudah selesai menyerahkan tugasnya. Lagi-lagi dalam perjalanan pulang dy melamun, sekali-kali dy menghela nafas. Jinki tidak tau apa yang harus dy perbuat untuk membuat Shin Ae sedikit bersemangat. Dy takut salah bicara dan membuat Shin Ae tambah sedih, apalagi Jinki juga tidak begitu paham dengan masalah yang di alami Shin Ae. Sampai akhirnya dy memberanikan diri untuk meraih tangan Shin Ae dan menariknya ke sebuah taman.

"Jinki aah! apa yang kau lakukan, kenapa kau menyeret q seperti ini hah? aduh, pelan-pelan, jangan lari cepat-cepat," Shin Ae bersusah payah menyamakan irama larinya sama seperti Jinki. Walaupun dy sudah berteriak-teriak memberi tahu Jinki, tetap saja Jinki tidak menggubrisnya dan terus membawanya berlari.

Mereka sampai di sebuah taman. Taman itu sepi, hening, damai, dan tentram. Terlihat ada beberapa kolam teratai di sana. Jinki tersenyum tipis.

"Hmmmh~ di sini cukup tenang khn? apa kamu merasa lebih baik?" Shin Ae hanya terpana melihat taman tempat mereka diam. Kecil, rapi, dan indah.
"bagaimana?" jinki mengulang pertanyaannya. Shin Ae hanya mengangguk pelan, kemudian menatap Jinki dan tersenyum kecil. Tapi semua keindahan itu tetap saja tidak bisa benar-benar menghapus perasaan sedihnya.

"Ya! emmm... sebenarnya apa yang terjadi padamu hari ini? kerjaanmu hanya murung terus, tidak ada sedikitpun keceriaan sejak pagi tadi aq melihatmu, apa ada masalah? apakah kau melupakan sesuatu? habis bertengkar dengan ibumu? heuh?" Jinki berusaha menyelidiki.

"Tidak apa-apa," Shin Ae menggeleng.

"Tidak mungkin tidak ada apa-apa denganmu, oh~ apa kau juga ada masalah dengan cowok tadi? saat bertemu dengannya wajahmu menegang, apakah dy mengganggumu?" Shin Ae langsung mengangkat kepalanya pelan menghadap ke Jinki, dy menggigit bibir bawahnya, matanya mulai memerah, dan tangannya bergetar. Saat itu juga Shin Ae memeluk Jinki dengan erat dan menangis sekeras mungkin, dy melepaskan seluruh air matanya. Jinki terkejut, tubuhnya membeku, dy membiarkan sahabatnya itu terus menangis di pundaknya dan membasahi seragamnya.

"Bilang saja masalahmu kepadaku, semuanya akan baik-baik saja, percayalah padaku, aq bisa menyimpannya," Jinki menawarkan dirinya pada Shin Ae untuk dijadikan tempat menumpahkan segala masalahnya. Kedua tangannya mengelus punggung Shin Ae dengan lembut, berusaha menenangkannya yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

"Jinki ah......" panggil Shin Ae dengan nada terisak-isak.
"Ne..?"
"Kau tau? selama ini....aq mencintai seorang cowok? hanya satu orang itu saja yang dapat mengisi hidup q, hanya satu orang itu saja yang dapat membahagiakan q, aq selalu merindukan sosoknya~,"

Deg! tidak tau apa yang sekarang terjadi pada dirinya. Tiba-tiba saja dada Jinki terasa sakit, seolah-olah ada yg mencabik-cabiknya. Dy merasa tidak nyaman dengan sekelumit kalimat yang baru saja dilontarkan Shin Ae.

"Tapi...., dy sudah lama meninggalkan q, dy orang paling bodoh di dunia ini. Dy tidak pernah mau mendengarkan omongan q, dy selalu bertindak sesuai dengan keinginannya, padahal dy tahu, semua yang q katakan padanya, semua yang q beritahukan padanya, itu semua demi kebaikannya. Dy bilang.... dy akan setia pada q, dy bilang saat lulus SMA nanti...dy akan melamarku, dy bilang..., setelah menikah, dy akan membawaku keliling dunia, dan sekarang.....semuanya tidak akan pernah terjadi....dy...meninggal...dy babo!! bodohh!!! lagi-lagi dy tidak mendengarkan nasihat q, dy orang paling babo di dunia!!!" tangisan Shin Ae semakin keras, ingatan akan Key semuanya kembali. Jinki merasa simpati, di sisi lain dy juga merasakan sebuah kelegaan, sebuah kelegaan yang tidak masuk akal. Kenapa begitu leganya dy saat mendengar bahwa cowok yang di cintai Shin Ae itu sudah meninggal, padahal seharusnya dy juga ikut bersedih.

"Jinki-ah, apa kau tau cowok tadi? yang kita temui....... saat di gerbang, kau tau khan? cowok itulah yang membuat q sedih.., dy..........mengingatkan q pada Key yang bodoh! yang keras kepala, yang sering tidak mendengarkanku, yang menyebalkan, ingkar janji....tidak adil!! kenapa...ketika aq sudah mulai melupakannya, wajah itu muncul kembali di hadapan q? tidakkk adill jinki!! tidak adilll....." Jinki melepaskan pelukan Shin Ae. Ketika dilihat, mata Shin Ae sudah sembab dan wajahnya memerah karena terlalu banyak menangis. Dengan senyum yang di paksakan, Jinki mencoba menghibur Shin Ae. Tidak peduli bagaimanapun sakit yang dy rasakan, yang ada di pikirannya saat ini hanya satu, menghibur Shin Ae.

"Tidak akan pernah ada yang abadi di dunia ini Shin Ae ah, ketika hal yang baru saja kau ceritakan itu terjadi, itu semua hanyalah sebuah ujian, di mana kau harus melaluinya dengan hati yang tegar. Tidak mungkin di dunia ini, sesuatu yang sudah tidak ada kembali lagi. Kau tahu, itu semua hanyalah masa lalu mu, yang sudah seharusnya tidak kau ungkit kembali. Jangan pernah kau menyakiti dirimu hanya karena kenangan ini, masih banyak hal yang harus kau tempuh dari pada sekedar kau mengenang masa lalu yang pahit itu. Kau tau? bahwa di dunia ini, juga masih banyak yang mencintaimu, masih banyak yang menyayangimu, masih banyak yang akan membuatmu bahagia. Juga tidak akan adil bagi orang yang ingin membahagiakanmu, lalu kau hanya bersedih saja mengingat lelaki itu. Sekarang kau hanya harus menatap ke depan, tinggalkan semua kepahitan dan raihlah kebahagiaan, jangan pernah membiarkan sesuatu yang pahit menjatuhkanmu dalam kegelapan. Dunia ini memiliki banyak sisi yang indah, sayang sekali jika kau melewatkannya. A..rasso..??" sekarang Jinki mulai tersenyum lembut. kedua jarinya perlahan bergerak ke arah wajah Shin Ae, kemudian dengan kedua jempolnya, dy mengusap air mata Shin Ae. Shin Ae tersenyum tipis, hatinya sudah mulai merasa tenang dengan kata-kata yang baru saja diucapkan Jinki.

"Kaja! ayo kita pulang sekarang....sudah senja, hmmhh~, nanti ibumu mencari-carimu lagi" ajak Jinki sambil menatap langit. Shin Ae menatap wajah Jinki yang tersiram cahaya jingga yang di pancarkan dari langit senja, ada sedikit percikan rasa kagum dalam dirinya terhadap Jinki. Setelah itu senyumnya mulai merekah, air matanya mulai mengering, kemudian Shin Ae menggandeng lengan Jinki erat dan membawanya ke luar taman yang sepi itu.

My 3rd FF : It's You

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:42 AM

0

Annyeong Chinguuu XDD
Dku kembali lagi nieh bqin FF again..n again..n again….
N Again2 lagii~ tkoh pendamping yg bkal mendampingi tkoh utama na adalah KEY si akang Kunci.
Miann yaa,, dku bqin lagi,, pdhl 2 FF sblum na ajha blum selesai
*d bantai reader* XP
Hahaha,,
Tpi maklumlah,, ide saia lagi mengucur dengan deras na n gak bsa d bendung,, jdi na gak tahan bqt bqin FF bru lagi. Cma tenang ajha,, FF sbelum na bkal eke lanjutin koq,, tpi gak skrg,, cz lagi gak ad ide bwt ngelanjutinn~
Okeehhh~,, selanjutnya silahkan baca ajha yaaa~
Seperti byasa nieh,, kritikk, komenn, cacian makian, di persilahkan~
Hope u like my new FF ^^

Cast:
Aisha as Kim Shin Ae
(Key) Kim Ki Bum SHINee belong SME
Lee Jin Ki SHINee belong SME
Sena as Choi Se Na

Terlihat dari kejauhan, seorang cowok setengah baya tengah mengendarai sebuah motor sport yang melaju dengan kecepatan kurang lebih 200 km/jam. Cewek yang berada di belakangnya yang tak lain adalah kekasih cowok itu nampak kesal dan mengomel-ngomel selama perjalanan.

"Key! apa kau sudah gila mengendarai motor secepat ini?! jangan ngebut2, aq takut Key! jebal~"

"Kau ini penakut sekali sih, aq sudah biasa seperti ini, kalau aq mengendarainya perlahan tidak akan seru. Diam dan nikmatilah~ ara?"

"Tapi.........Ya!!! Keyyyy!!!!!! Awassss di depan mu!!!!!" Key terbelalak kaget melihat sebuah truk melaju dari arah yang berlawanan, supirnya terlihat mengantuk hingga dy mengendarai truknya keluar jalur. Key berusaha mengalihkan motornya ke arah lain, tidak di sangka2, di jalur sebelahnya ada mobil yang juga melaju sangat kencang sampai pada akhirnya tabrakan terjadi. Mobil itu membentur bagian depan motor key dengan sangat keras, Key dan Shin Ae terlempar sedangkan motor mereka terseret sejauh 5 meter. Truk dan mobil tadi mengerem bersamaan, sedangkan mobil-mobil lain yang berada di belakangnya juga ikut rem mendadak dan kecelakaan beruntun tidak dapat dihindari.
Suasana hening seketika. Shin Ae yang tadi terlempar dan sekarang berada dalam posisi telungkup, masih memiliki sedikit kesadaran. Dy mengadahkan wajahnya, melihat sosok di depanya sudah terkapar penuh darah, dengan helm di sisinya. Shin Ae berusaha berdiri untuk menghampiri sosok itu, tetapi badannya susah dibangkitkan.

"Keyy~........, Key~.........., Key~........," Shin Ae berkali-kali menyebutkan nama itu dengan nada suara lemah. Tangannya berusaha menggapai sosok tadi, namun tidak sampai dan kembali tergeletak lemas di aspal. Shin Ae sudah tidak kuat, dy merasa dirinya sebentar lagi akan mati. Samar-samar terdengar sirene ambulan dan mobil patroli memecah keheningan di malam maut itu. Beberapa saat kemudian Shin Ae dapat merasakan tubuhnya di angkut oleh beberapa petugas. Lalu, hilanglah kesadarannya.

------***-------

Perlahan-lahan, Shin Ae membuka matanya. Dy mengamati ruangan yang di tempatinya. Ruangan itu sangat asing, dan juga baunya aneh. Barulah iya tersadar bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit. Ingatan tentang kecelakaan yg dialaminya kemarin malam kembali sedikit demi sedikit.

"Keyyyy!!!" Dy menjerit dan meneriakan nama kekasihnya, Key. Teringat bahwa kemarin dy melihat Key sudah tak berdaya, terlentang dengan darah di mana-mana. Tiba-tiba dy meringis kesakitan, Shin Ae memegangi kepalanya yang di perban. Sekilas pandangannya kabur, dan kepalanya sedikit pusing. Dy melirik lemah ke setiap sudut ruangan, sayangnya dy tidak menemui satu orang pun di sana. Ketika itu, terdengar suara pintu di buka, Shin Ae langsung tanggap dan berharap bahwa Key lah yang datang. Alangkah kecewanya ketika dy mendapati seorang dokter perempuan dan dua suster yang masuk ke kamarnya. Dokter itu hendak memeriksa kondisinya. Shin Ae hanya terdiam dan menurut saat dokter itu melakukan pemeriksaan.

"Nah, Shin Ae ssi, pemeriksaan sudah selesai dilakukan, tidurlah kembali agar daya tahan tubuhmu lebih kuat," setelah berkata begitu, dokter itu pun berbalik menuju pintu keluar. Belum sampai dokter itu menggenggam pegangan pintu, Shin Ae memanggilnya.

"Dokter..tunggu!" panggil Shin Ae. Dokter itu kembali melihat Shin Ae, menanggapi panggilannya.

"Ne? ada apa Shin Ae ssi?"

"Engg...., apakah anda tau, di mana Key?" Dokter itu terdiam sejenak mendengar pertanyaan Shin Ae, begitu juga dengan dua suster di sampingnya. Shin Ae masih memandangnya penasaran dan menunggu jawaban dari dokter tersebut. Selama 2 menit di tunggu, masih saja belum ada jawaban. Shin Ae mulai merasa gelisah, karena rasa penasarannya belum terjawab. Dy bertanya sekali lagi pada dokter itu, di mana Key berada. Akhirnya dokter itu menarik nafas dalam-dalam, seakan-akan sedang berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Shin Ae.

"Key...maksudmu...Kim Ki Bum?" Dokter itu bertanya hati-hati, Shin Ae hanya mengangguk pelan. Dokter itu terdiam lagi, lalu saling berpandangan dengan suster-suster.

"Mianhamnida sebelumnya Shin Ae, kami...para dokter sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapii....." Shin Ae mengerutkan keningnya, mendengar pernyataan dokter barusan, prasangka buruk mulai menjalari pikirannya. Bibirnya mulai bergetar.

"M..maksud anda..dokter?" Shin Ae memotong pembicaraan dokter itu.

"Maksud saya...., kami.....sudah tidak bisa..menyelamatkan nyawa Key, dy sudah...meninggal..." dokter itu menunduk, berbalik kemudian meninggalkan Shin Ae yang matanya mulai berkaca-kaca, tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya, wajahnya memerah. Perasaan kaget, sedih, kecewa, dan marah, bercampur menjadi satu. kedua tangannya meremas selimut, kepalanya menunduk, tangisan na semakin keras. Shin Ae meraung-raung, dy melempar apapun yang ada di dekatnya ke segala arah. Dy merasa tidak tahan, dan tidak dapat menerima semua kejadian ini. Kata-kata "meninggal" terngiang-ngiang terus di otaknya.

"Babooo...!! babooo!! Key babooo!" teriaknya sambil terus sesengukan.

-------***--------

Setelah semua kejadian itu, selama beberapa hari, Shin Ae susah makan, perasaan na masih sedih semenjak ia di tinggal oleh Key. Boneka, gelang, atau apapun barang-barang yang diberikan Key untuknya, dy kumpulkan dan dy taruh di atas kasurnya, dy elus-elus, sambil sesekali menangis. Banyak sekali kenangan yang selama ini sudah ia ukir bersama Key. Appa dan eomma na sudah melakukan berbagai cara untuk membuat Shin Ae kembali bersemangat dan ceria, namun usaha yang mereka lakukan sia-sia. Mereka sudah membawa Shin Ae pergi berjalan-jalan, menyuruh teman-temannya untuk mengunjunginya, membelikan apapun yang Shin Ae inginkan, namun tetap saja Shin Ae tidak bisa melepaskan bayang-bayang Key. Sampai akhirnya eomma hampir menyerah, dan mengambil semua barang-barang pemberian Key lalu membakarnya di tungku untuk menghilangkan jejak-jejak Key dalam benak Shin Ae. Shin Ae yang mengetahui perbuatan eomma na langsung mengamuk dan semakin marah. Untunglah akhirnya appa mengusulkan untuk pindah rumah dan memindahkan Shin Ae ke sekolah lain. Ini semua demi Shin Ae, agar kesedihan yang dialami Shin Ae tidak berlarut-larut.

Sejak kecelakaan itu juga, sekarang Shin Ae mulai menggunakan kacamata karena dy mengalami gangguan pada matanya. Penampilannya juga mulai sedikit berubah, tidak seperti dulu, Shin Ae yang sekarang terlihat lebih dewasa, kemungkinan karena dy menyadari bahwa dirinya tidak boleh terus tenggelam dalam duka dan perlahan-lahan ia bangkit hingga hal itu membuatnya semakin dewasa. Kini, sudah tidak ada Key lagi dalam hidup Shin Ae, bayang-bayangnya hanya masa lalu. Tidak ada lagi yang menemaninya berjalan-jalan seperti biasa, tidak ada lagi yang menjemput dan mengantar Shin Ae ke sekolah, Tidak ada lagi yang memberikannya kejutan berupa hadiah menarik yang disukai Shin Ae, tidak ada lagi kejadian-kejadian lucu dan aneh yang akan di alami Shin Ae bersama Key. Semuanya hanya tinggal kenangan~

----------***----------

Dua tahun berlalu dengan sangat cepat, Kim Shin Ae tengah berlari terburu-buru menuju sekolahnya, dy mengejar waktu karena hampir terlambat. Tas ranselnya hanya di kaitkan di bahu kanannya, sedangkan tangan kirinya menenteng map berwarna hijau. Kacamatanya tidak terpasang dengan baik saking ingin cepat-cepat. Semakin lama, kaki Shin Ae membawa Shin Ae berlari lebih laju. Tiba-tiba dy teringat akan tugas sekolahnya, dy takut lupa membawanya, kemudian dy memeriksa isi map hijaunya sambil terus berlari. Shin Ae tidak menyadari bahwa di depannya ada seseorang. Alhasil, Shin Ae menabrak orang itu dari belakang, kacamatanya terlepas dan terlempar entah ke mana, sedangkan dirinya jatuh terduduk.

"Gwaenchana..?" tanya seseorang yang tadi baru saja ditabrak oleh Shin Ae. Dari suaranya yang sedikit berat, Shin Ae yakin bahwa orang yg ditabraknya tadi adalah seorang cowok. Cowok itu menyodorkan tangannya untuk membantu Shin Ae, Shin Ae menggapainya dan akhirnya dy bisa bangkit sambil meringis kesakitan karena benturan di pantatnya tadi.

"Mianhe~ mianhee~, Aq tidak sengaja," Shin Ae berkali-kali membungkuk.

"Ahh~ Gwaenchanaa~, hahahahaha, tenangkanlah dirimu, aq tidak luka, justru aq mengkhawatirkan dirimu, apa ada yang terluka?" cowok itu menatap Shin Ae dengan pandangan khawatir, dy berbalik menatap cowok itu, namun pandangannya kabur sampai-sampai dy menyipitkan matanya.

"Aniyo~, aq tidak apa-apa, hanya sedikit sakit saja saat aq terjatuh tadi, hehe" jawab Shin Ae malu-malu. " Ahh~, ngomong-ngomong, apa kau melihat kacamata q?"

"Ini, tadi terjatuh di samping kaki q, untung saja tadi aq tidak melangkah ke samping, jika saja itu terjadi, hancurlah kacamatamu,"

"Ohh~ gomawoyo," Shin Ae menerima kacamata itu dan memasangnya kembali. Kali ini dy memasang kacamatanya jauh lebih baik dari saat pertama tadi. Setelah memasang kacamatanya, dy menatap cowok itu kembali. namun kali ini raut wajahnya berubah ketika melihat tampang cowok di hadapannya. Dy sangat terkejut, wajah itu.....

"Key??!!!"

He's Trouble Maker (chapter 2)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:40 AM

0

Annyeong Yorobun,, ^^
Nie dy lanjutan dari FF "He's Trouble Maker chap 1",,
Miann kalo lanjutan na lebih byk garingnyaa~
Seperti biasaa~ comment like oxygen~,,
So, jgn lupa komen n kritikan yg membangun yahh~ ^^
Hpe u like it!
Gomawoyoo chingu ^^
-----------------------------------------------
Cast :
Key (Shinee)
Min Hyo rin
Jonghun (Ft island)


Haishhh! pagi ini aq telat bangun pagi! menyebalkan! aq cepat-cepat pergi mandi, mengganti baju q, mengambil tas, dan langsung pergi ke lantai bawah. Terlihat eomma sudah menyiapkan q roti dan selai untuk sarapan. Awalnya aq tidak ingin mengambil roti itu, aq langsung pergi ke arah pintu keluar untuk segera berangkat sekolah, namun perut q lapar, kemudian aq kembali ke ruang makan. Baru setengah jalan menuju ruang makan, aq kembali lagi ke arah pintu keluar, berpikir bahwa mengambil sarapan akan membuat q telat, tapi perut q benar-benar perih, akhirnya aq kembali lagi ke ruang makan dan buru-buru menyambar roti yang sudah diisi selai coklat oleh eomma dan membawanya pergi. Selalu begini, setiap aq hampir telat pergi ke sekolah, aq plin-plan dalam mengambil keputusan, membuat q makin bingung dan waktu q terbuang sia-sia. Babo!

Sampai di depan rumah, aq langsung mengambil sepeda di garasi. Saat akan mengambil sepeda, aq melihat sosok yg tidak asing lagi di depan pagar rumah q. Key goon? kenapa dy ada di sana? melambai-lambai sambil tersenyum riang. Aq menatapnya kesal, dan buru-buru mengambil sepeda. Saat sudah sampai di depan pagar, aq menghentikan sejenak laju sepeda q dan menghampirinya.

"Ya! Key goon~, apa yang kau lakukan di sini??" tanyaku penuh selidik.
"Menunggumu" dengan polosnya dy menjawab sambil tersenyum jahil.
"Babo!!! kau kira sudah jam berapa sekarang??!!!!" aq berteriak padanya, dan dy sedikit melonjak kaget. Dy melihat jam tangannya, lalu nyengir dengan mutados, alias muka tanpa dosa.
"Wah, kita hampir telat~, hehe ^^"
"Haissssshhh!!! Arghhh! aq bakal gila jika berada lama-lama di sampingmu!! Ini, cepat bonceng aq pergi ke sekolah, kita hampir telat, aq tak mau kau dan aq di hukum lagi!"
"Kenapa aq?" Gubrak! sungguh menyebalkan, masih tanya pula.
"Arghhh!! kau, mau membuat q terkena darah tinggi ya? yasudah, kau pergi sendiri saja," Aq langsung menginjak pedal dan melaju sekencang-kencangnya yang aq bisa, Key Goon berteriak-teriak di belakang sambil mengejarku.

"Hyo rin aah~, tunggu!! baiklahhhh!!!! aq akan memboncengmu!!" teriaknya dari kejauhan, dan akhirnya aq mengerem sepeda q. Key langsung menyusul q sambil terengah-engah. Aq langsung memberikan kewenangan padanya untuk mengendarai sepeda q dan aq duduk di belakangnya.

"Ayo cepat!!! cepat!! Palliiiii Keyyy!!" Aq menepuk-nepuk punggungnya dengan keras menyuruhnya untuk melaju lebih cepat agar kami tidak terlambat. Dy mulai mengayuh, lalu semakin lama semakin ngebut. Aq meremas jas sekolahnya karena ketakutan akan laju sepeda.

Akhirnya kami sampai di sekolah, walaupun saat kami sampai, gerbang sekolah hampir di tutup, dan kami sedikit berdebat dengan petugas karena awalnya petugas itu tidak mengizinkan kami masuk. Aq berlari sekuat tenaga menuju kelas, begitu juga Key yang berada di belakang q. Arghhhh! tapi sial! lagi-lagiii~ Oh My GOD!!! kami terlalu telat dan kami berdua di hukum berdiri di luar kelas. Aq menepuk jidat q berulang kali, menyesali apa yang terjadi hari ini.

"Dasar guru menyebalkan, telat sedikit saja kita sudah di hukum, aihh~ kenapa dy tidak membiarkan kita masuk saja, bukankah lebih baik kita ikut belajar, dari pada di hukum seperti ini, hukuman ini tidak ada gunanya, kita kan tunas bangsa, lebih baik kita belajar di dalam untuk menyerap ilmu lebih banyak, jika kita menjadi pintar, yang uhntung khan negara dan sekolah ini" Key mengomel-ngomel di hadapan q, Aq langsung menatap na sinis.
"Key! apa kau tidak sadar, semua ini gara- gara kau! kalau saja kau tidak menunggu q tadi, aq sudah berada di dalam sana! Aigooooo~ betapa sialnya aq bertemu denganmu," Aq melengos dengan tampang berantakan. Rambut q acak-acakan dan tubuh q berkeringat cukup banyak akibat lari-lari tadi.
"Hei, salahmu sendiri, kenapa kamu menyapa q"
"Haerrghhhhhhhh!!!!!" Aq hampir saja memukulnya dengan kepalan tangan q karena kesal dengannya, Key berkelit dengan mudahnya.

"Grekkkk!" terdengar suara pintu di buka.
"Ya!! kaliannn!!! Kalian tau? ini jam pelajaran! kalian iniii~ ribut sekali" Park Songsaenim langsung menjitak kami berdua.
"Awww!" erang Key dan aq.
"Sekarang, agar kalian tidak membuat keributan lagi, bersihkan toilet seluruh sekolah! awas kalau sampai kalian ribut lagi" ancam Park Songsaenim. Aq hanya melongo pasrah, tidak tau lagi bagaimana tampang q saat itu, pasti sangat kacau.

Istirahat sudah mulai, masa hukuman kami berakhir. Saat di kantin, aq berusaha menjauh dari Key dan berkumpul dengan teman-teman cewek q. Aq tidak mau lagi dekat-dekat dengannya, ketika aq dekat dengannya, ada saja masalah yang selalu di buatnya hingga aq harus ikut terlibat di dalamnya. Jika orang biasa yang berada di dekatnya, mereka pasti sudah stres dan langsung pergi sejauh mungkin dari Key. Untunglah aq masih dapat bertahan.

Dari kejauhan, aq melihat Key duduk sambil menyantap makanannya. Dy tau aq tidak mau dekat-dekat dengannya, namun dy juga ikut menatap q sambil melambai-lambai lagi. Aq langsung menatapnya marah, meremas-remas roti q dengan penuh nafsu seakan-akan aq meremas-remas seorang Key. Dy tertawa melihat tingkah q. Dy tidak tau kalau kesabaran q sudah habis, maka semuanya akan hancur!

Selesai aq puas menghabiskan waktu istirahat q, aq kembali ke kelas dengan pandangan melamun. Key mengejar q dari belakang, kemudian merangkul q.

"Bagaimana makanannya? enak?" pertanyaan Key sungguh tidak penting, tentu saja tidak enak, ini semua karena dy!
"Menurutmu?" tanya q ketus.
"Pasti enak, kau sudah menghabiskan dua roti dengan rakusnya tadi, hahahaha" Dy menertawakan q, membuat q semakin bad mood. Aq langsung melepaskan tanganya dari bahu q dan lari ke kelas.

Selama pelajaran berlangsung, aq hanya diam tidak menghiraukan Key yang seperti biasa mengajak q mengobrol. Aq tidak mau lagi terkena masalah, aq berusaha berkonsentrasi pada pelajaran q. Semakin lama dy semakin berisik. Akhirnya aq mengangkat tangan.

"Park songsaenim" Key yg dari tadi berceloteh langsung terdiam.
"Ne, Hyo rin ssi,"
"Bolehkah aq pindah tempat duduk di depan? aq tidak begitu jelas melihat tulisan anda, sepertinya nanti aq harus periksa ke dokter mata," Hahahaha, menyebalkan! menyebalkan karena harus berada di samping Key, menyebalkan karena harus berbicara pada Park songsaenim yg tadi sudah menghukum kami, dan menyebalkan karena harus berbohong.
"Oh, silahkan Hyo rin sshi, Min Ji sshi, bisakah kau bertukar tempat duduk dengan Hyo rin sshi?" tanya Park songsaenim pada murid yang duduk di paling depan. Min ji mengangguk, namun Key tau-tau ikut mengangkat tangan dan berbohong.
"Hei mister Park, bolehkah aq ikut pindah juga, kau tahu? mata q ini juga memliki sedikit gangguan sehingga tidak begitu jelas melihat tulisanmu,"
"Ya!!! Key Goon! beraninya kau berbicara kasar pada guru mu!" Park songsaenim langsung pergi ke arah bangku Key dan menjewer telinga Key hingga Key meringis kesakitan. "Tidak q izinkan kau pindah, sekali lagi kau begitu, akan ku pulangkan kau!" Setelah Park songsaenim puas menjewer Key, dy kembali ke depan, sedangkan Key hanya bisa menggosok telinganya sambil mengumpat-ngumpat. Aq tertawa dan menjulurkan lidah padanya dan cepat-cepat pindah ke depan, rasakan itu Key!

Akhirnyaaaa~ aq bisa bernafas lega, pulang sekolah tiba, dan aq cepat-cepat pergi untuk mengambil sepeda q. Aq ingin cepat-cepat pulang dan tidak ingin bertemu dengan Key. Aq tidak mau hidup q makin hancur karenanya.

Saat aq berlari-lari menuju parkiran sepeda, tiba-tiba saja aq ditabrak oleh seseorang dari belakang. Aq terjatuh, lutut q sedikit berdarah dan lecet saking kerasnya benturan antara lutut q dan tanah. Aq meringis kesakitan.

"Mianhe...mianhee..mianhe, aq tidak sengaja, tadi aq terburu-buru," Aq mendongak ke arah orang yang menabrak q tadi. Omona! Itu Jonghun oppa. kakak kelas yang aq sukai selama ini. Aq sungguh tidak menyangka bahwa dy yang menabrak q. Aq terpana sebentar melihat wajahnya, terlupa akan sakitnya lukaku.

"Jogiyooo~, ya! Gwenchana?" Aq tersadar, sedari tadi Jonghun oppa melambai-lambaikan tangan ke arah q, mengetes kesadaran q.

"Ahh~ gwaenchana~ gwaenchana," Aq mengangguk-ngangguk gugup dan berusaha berdiri. Jonghun oppa membantu q menarik tubuh q. Aq malu sekali. >,<

"Mianhe atas kejadian tadi, aq sungguh tidak sengaja, tadi aq terburu-buru mau pulang, aq tidak melihat kau saat kau ada di depan q, mianhe," Jonghun oppa membungkuk berkali-kali. Aq merasa tidak enak.

"Sudahlah lupakan saja, aq sungguh tidak apa-apa oppa," aq berbohong, padahal lutut q terasa nyeri sekali. Namun akhirnya perhatian Jonghun oppa teralihkan ke lutut q, melihat lutut q berdarah dy langsung menawarkan aq agar dy dapat mengantar q pulang. Aq mengiyakan, haha~ ini kesempatan q untuk lebih dekat dengan Jonghun oppa! jerit q dalam hati.

Dari kejauhan, tau-tau aq melihat Key berlari menuju ke arah q, dy melihat q terluka dan mempercepat langkahnya.
"Aigooo, apa yg terjadi pada mu Hyo rin aah?" Key terlihat sangat khawatir, namun wajah khawatirnya itu tidak q anggap serius. Ufghh~ pengganggu datang, padahal ini kesempatan q berduaan dengan Jonghun oppa.
"Hei! Kau ya yang menyebabkan Hyo rin luka seperti ini??!!" Key membentak Jonghun oppa, dan mulailah dy berceramah, memarahi Jonghun oppa. "kau tidak tau, ini sakit tau, lain kali berhati-hatilah kalau berjalan!! ara?!" Jonghun sampai termundur-mundur ketika Key marah padanya. Key mulai membuka mulutnya lagi, tapi aq langsung membungkamnya.

"Ahhh~ Jonghun oppa, sepertinya kami harus pulang sekarang, gamsahamnida atas perhatiannya tadi, aq benar-benar tidak apa, aq pergi dulu," Aq membungkuk, Jonghun oppa juga ikut membungkuk, aq langsung pergi, menyeret Key. Setelah sedikit jauh, aq menoleh sedikit ke arah Jonghun oppa, terlihat raut wajahnya khawatir atas kondisi q yang jalan terpincang-pincang.
Aq sangat sedih, karena tidak jadi diantar pulang olehnya.
Lagi-lagi Key!

Sampai di tempat aq dan Key tadi memarkir sepeda, aq langsung menarik Key ke depan q. Aq memandangnya dengan penuh amarah, aq sudah tidak tahan atas sikapnya. Tanpa basa basi lagi, aq langsung menamparnya keras-keras. Tiada ampun lagi!!

"Plakkkkkk!!!!!" tamparan q cukup keras mengenai pipinya, air mata q keluar perlahan-lahan, aq sudah tidak tahan terhadap sikapnya selama ini pada q. Aq selama ini sudah dikerjai olehnya.

"Key! Aq sudah tidak tahan lagi, aq capek dengan semua perilakumu, kau tidak sadar sudah menyakiti q begini banyak?? apa kau tidak pernah merasa kasihan sedikitpun pada q??" aq terdiam sejenak membiarkan air mata q mengalir. "Jawab Key!! Jawab!!!" Aq meraung-raung, memukul-mukul bahunya dengan kedua tangan q. "Kamu sudah menghancurkan hidup q, nilai q turun drastis, aq jadi sering di hukum, pandangan guru-guru padaku mulai buruk sejak aq dekat denganmu, di tambah lagi kau menyembunyikan tas q di atas atap sampai aq berjam-jam mencarinya, aq telat pulang k rumah~ dan aq dimarahi oleh eomma q, lalu kau memberiku kecoa, binatang yg paling aq benciiii seumur hidup!! dan sekarang, kau sudah menghancurkan kesempatan q untuk bisa berdua bersama Jonghun oppa!!!! cowok yang kusukai selama ini!!! sikapmu sudah keterlaluan! tidak pernah aq bertemu orang semenyebalkan dirimu sebelumnya! Aq benci kau!!!!!!" Emosi q sudah tidak dapat di tahan lagi, tanpa sengaja pun aq sudah membocorkan rahasia q soal aq menyukai Jonghun oppa, mata q sudah merah dan sembab karena terlalu banyak menangis. Kali ini aq benar-benar membencinya. Sangat membencinya!

Aq mengambil sepeda q, dan meninggalkan Key sendirian yang diam tak berkutik dengan pipi masih merah. Matanya juga berair, hampir menangis, namun dy masih bisa menahannya. Raut wajahnya menunjukkan kalau dy memang sangat menyesal atas perilakunya. Namun aq tetap tidak ingin mengampuninya. Cukup sampai di sini!

My 2nd FF : He's Trouble Maker

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:40 AM

0

Annyeong chingu, ini adalah FF k 2 q yang aq post di sni,, Hahaha padahal FF yang kemaren ajha belon selesai,, tpi dah bwt FF bru agi XDD

Nie FF t'inspirasi dari FF na Listya Onniee~,
Sisanya silahkan kalian baca saja ya ^^
Jangan lupa Komen n kritikan yg membangun,, saya butuh itu!
Oke~ met baca,, n hope u like it chingu ^^

"Ya! Hyo rin aah,, ini, ada hadiah buatmu," aq menoleh ke arah Key, melihatnya melemparkan q sebuah kotak kecil berwarna pink. Aq menangkapnya, lalu melihat kembali ke arah Key. Aq bingung, ada angin apa tiba2 dy memberikan q hadiah? sungguh suatu hal yg di luar dugaan, apa dy bermaksud membayar kesalahannya kemarin karena tindakan jahilnya?

"Key goon!!" Aq memanggilnya dengan berteriak karena dy ada sekitar 2 meter di depan q.
"Waeyo?!!" Key balik berteriak.
"Ya! Ada angin apa kau memberiku hadiah? apa kau salah makan hah??!" Aq tidak mengerti, tiba-tiba saja Key tersenyum lembut padaku. Apa maksudnya?
"Tidak~ aq hanya ingin minta maaf atas kesalahan q kemarin, jadi aq memberikan hadiah itu padamu!! Terimalah~ lebih baik cepat dibuka! karena aq tau~ kau pasti akan sangat menyukai isinya!!" Dy kembali tersenyum , Aq tidak menyangka dy akan semanis ini jika tersenyum. Key membalikkan tubuhnya, berjalan perlahan ke arah gerbang sekolah, bermaksud untuk pulang. Aq masih menatapnya bingung. Kemudian perlahan-lahan aq membuka kotak yang di berikan Key.

Alangkah terkejutnya aq, apa yang dy berikan bukan sembarang hadiah. Aq berteriak sekencang-kencangnya.
"Key Gooonnnnnnnnnnnnnn!!!!!!!!!!!!!!!!! Kurang ajar kau!!!!" Isi dari kotak itu ternyata adalah 3 ekor kecoa, Key tau aq sangat..sangatt..sangatt...sangat membenci kecoa! Aq sangat ingin memusnahkan hewan macam itu dari dunia inu. Dan sekarang, sejak Key memberikan q hadiah berupa kecoa, aq juga menjadi sangat ingin memusnahkan dirinya!
"Keyyyyyy!!! Awas kau!!!" Aq berlari mengejarnya, Key yang tepat berada di depan q menertawakan q dan ikut berlari, kabur dari q. Aq terus mengejarnya dan berusaha menggapai tasnya. Namun sial!! larinya lebih cepat dariku dan dy sudah keburu menghilang di tengah jalan.

Yah~ Key goon, nama aslinya adalah Kim Ki Bum, dy adalah murid pindahan dari SMA Seongji sebulan yang lalu. Dy duduk di bangku tepat di sebelah q. Dy sangat suka mengajak q mengobrol saat pelajaran hingga aq dan dy sering di hukum oleh guru dan nilai pelajaran q menurun drastis. Dua hari setelah dy masuk Seonyoo High School, dy masih menjadi anak pendiam, lalu dalam dua hari itu aq banyak membantunya untuk membiasakan diri di SMA ini. Karena itulah kami semakin akrab, dan semakin lama sifat aslinya semakin terlihat, ternyata Key adalah anak yang sangat jahil, dy sangat suka mengerjai orang lain, bahkan sampai ada teman sekelas q yang menangis karena Key menaruh cicak di bahunya, padahal teman q adalah cowok. Dasar cowok payah! hanya karena dy ditaruh cicak saja dy sampai menangis, dan pada akhirnya Key dihukum oleh wali kelas q, dy di suruh membersihkan toilet. Aq tertawa ketika melihat wajahnya merenggut kesal. Dasar, salahmu sendiri Key goon.

Selama sebulan ini, Key juga sangat sering ke rumah q, dy ke rumah q untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sangat banyak bersama q. Saat di rumah q dy menjadi lebih penurut, dy lebih banyak memperhatikan q saat aq mengajarinya beberapa soal yang menurutnya susah. Tapi kadang-kadang dy juga menjadi sangat malas, kerjaannya hanya main game di hpnya, kemudian saat aq selesai mengerjakan tugas q, dy langsung merebut buku pr q dan menyalinnya. Aq tidak pernah mau dy melakukan hal itu padaku, saat dy merebut buku q, aq merebutnya kembali, lalu dy mengomel-ngomel seperti anak kecil, dan pada akhirnya dy hanya bisa terdiam menopang dagunya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk mengerjakan tugas. Ekspresinya seperti biasa, kesal.

Dalam seminggu ini, aq tidak tau apa yang terjadi dengannya, dy mulai berani menjahili q, sudah cukup dy mengajak q mengobrol ketika pelajaran hingga aq dan dy di suruh berdiri oleh guruku dengan mengangkat satu kaki q dan menjewer kuping q juga kupingnya di depan kelas. Sekarang, kejahilannya makin menjadi-jadi. Ohhhhh Sial!

Dan kemarin adalah kejahilannya yang paling menyebalkan, dy menyembunyikan tas q di atap sekolah, aq mencarinya ber jam-jam. Aktingnya sangat bagus sekali! dy berpura-pura membantu q mencari tas q dengan tampang serius. Lalu setelah aq mulai kelelahan dan hampir menangis, dy akhirnya menertawakan q, lalu menarik q ke atap sekolah. Dan q lihat tas q terkapar begitu saja. Aq langsung berlari ke arah tas q, mengambilnya, dan kemudian melaluinya dengan tampang kesal tanpa berbicara apa-apa dengannya. Aq berlari menuruni anak tangga sekolah, dan dy mengejar q sambil berusaha meminta maaf, tapi aq tidak mempedulikannya dan pulang begitu saja tanpa menoleh lagi kepadanya. Jinjja! dy itu benar-benar menyebalkan! Awas saja kalau sampai dy berbuat hal yang keterlaluan lagi pada q!! Aq akan membuatnya mati~ Hugh!! >,<

Forever Love (chapter 2)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:39 AM

0

Seunghyun keluar dari balik pintu di bagian belakang toko ini. Di balik pintu itulah dy tinggal. Selama ini aq tau bahwa itu adalah rumahnya, namun aq tidak pernah mengetahui apa isinya. Dy keluar sambil membawa sebuah kardus yang entah isinya apa, tapi tampaknya isi kardus itu sangatlah berat hingga Seunghyun harus bersusah payah mengangkatnya. Lalu dy meletakkannya di atas sebuah lemari kecil, mengeluarkan satu persatu isinya. Isi kardus itu adalah pigura-pigura yang terbuat dari tanah liat dan sudah dihias dan membuat bentuknya menjadi lebih menarik. Aq berjalan ke arah Seunghyun, bermaksud membantunya untuk menyusun pigura-pigura itu di atas meja pajangan.

"Boleh aq bantu?" Seunghyun sekilas terlihat melirikku.
"Ya, tentu saja boleh," kali ini dy tersenyum lagi, aihhh~ tampannyaaa...!
"Ehmm~ tapi.." dy melanjutkan kata-katanya. "Kumohon kau berhati-hati membawanya, aq akan rugi besar jika kau memecahakannya seperti kau memecahkan cangkirku tadi" Ujarnya sambil sedikit tertawa bermaksud menghilangkan nada keraguan dalam kata-katanya. Takut aq akan tersinggung oleh kata-katanya.

Aq ikut tertawa, "Tentu saja aq akan berhati-hati, jangan khawatir Seunghyun," Aq menepuk-nepuk pundaknya, berusaha membuatnya rilex. Barulah akhirnya aq mulai mengangkut beberapa pigura ke atas meja dan menyusunnya. Aq menyadari bahwa sedari tadi Seunghyun memperhatikan q dengan pandangan awas. Yah, tapi aq berhasil menyusun pigura-pigura itu dengan sempurna tanpa membuat cacat sedikit pun pada benda itu. Seunghyun akhirnya tersenyum puas.

Seunghyun menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding di atas kasir. Sudah hampir jam setengah delapan rupanya. Dy langsung buru-buru mengembalikan kardus ke dalam rumahnya dan sedikit membersihkan beberapa barang dagangannya yang diselimuti debu. Dy menghela nafas sebentar, kemudian menatap pada q.

"Ya! Byul-sshi, saat toko buka nanti, kau tunggu di rumah q saja ya, jangan keluar! Oke?"
"Waeyo? aq juga ingin di sini, menjaga toko bersamamu," rengek q seperti anak kecil.
"Haishhh~ lihatlah penampilanmu, baju putih mu sudah kotor," Aq menatap tubuh q, benar apa katanya. "Ayo~ ayo,, kau masuklah" Seunghyun mendorong-dorong q pelan dan kami berdua masuk ke dalam ruangan yang cukup besar, ruangan yg merupakan rumahnya, akhirnya aq bisa melihat isinya. Ruangan ini tampak besar, bersih, bergaya minimalis, beberapa perabotan terbuat dari kayu, beberapa tanaman hias tampak terletak di sudut-sudut ruangan, membuat nuansa ruangan ini menjadi lebih segar.

Di ruangan yang besar ini dy tinggal sendiri, aq jadi teringat, sebulan yang lalu adik angkatnya masih ada di sini, tinggal bersamanya. Aq berbalik menghadapnya dan menanyakan keberadaan adik angkatnya itu.

"Hei, bukankah sebulan yang lalu, kau masih tinggal bersama adik angkatmu? lalu kemana dy sekarang?" Seunghyun mengerutkan kening.
"Bagaimana kau tau soal adik angkat q?"
"Aq khn sudah pernah bilang, bahwa aq banyak tau soal dirimu Seunghyun!" aq berusaha meyakinkannya. Dy menghela nafas.
"Shin Ae maksud mu?"
"Ne"
"Dy sudah menikah, dan sekarang dy tinggal bersama suaminya, Kim Ki Bum,"
"Nugu?"
"Kim Ki Bum, suami Shin Ae"
"Wah dy mendahuluimu," Aq tersenyyum nakal padanya, menggoda Seunghyun.
"Ya, memang, dasar anak itu, jahat sekali mendahului q, harusnya aq yang lebih dulu menikah dari pada dy. Apalagi umurnya masih muda. Aq tidak mengerti jalan pikirannya, dan juga jalan pikiran suaminya. Berani sekali di umur yang masih muda ini mereka mengadakan pernikahan. Tidak adil!" Seunghyun menggerutu sambil menggembung-gembungkan pipinya, betapa cute nya dia. "Hei, kenapa kau tersenyum seperti orang gila? lucu mendengar cerita q?" Aq tersadar, dari tadi aq tersenyum-senyum menatap wajahnya, dan juga karena ceritanya. Aq masih punya banyak kesempatan.

"Haha, aq hanya merasa lucu saja, kenapa bukan kau yang menikah duluan? padahal kau kan sudah cukup umur, apa masih belum ada wanita yang menarik hatimu, hah?" Seunghyun menggeleng dengan imutnya, membuat q ingin mencubit pipinya.
"Ah~ sudah sudah, sekarang kau tunggulah di sini," Dy mengantarku ke arah sofa di depan tv, dy menyalakan tv na agar aq tidak bosan menunggunya. Tapi aq segera beranjak dari sofa itu, dan memanggil Seunghyun yang hendak keluar ke arah pintu toko.
"Seunghyun!" dy menoleh.
"Mwo? apa lagi?"
"Aq tidak mau menunggu di sini, aq ingin ikut bersamamu" rengekku sekali lagi.
"Aigoo~, Byul-sshi, aq harus bekerja," Aq memasang tampang kecewa. "Baiklahh..baiklah...." Seunghyun langsung menarikku, pergi ke lantai dua melalui tangga kayu. Akhirnya kami sampai di sebuah ruangan yang lebih kecil, yang merupakan kamar Seunghyun. Dy langsung membuka lemarinya.
"Byul-sshi, aq tidak punya baju perempuan, untuk sementara, kau dapat memakai kaus q," Dy memberikan sebuah kaus berwarna hitam serta sebuah celana training berwarna biru.

"Gantilah bajumu, aq menunggu di bawah," Aq mengangguk pelan, tanda mengerti ucapannya. Terdengar suara langkahnya menuruni anak tangga dengan cepat.Selesai mengganti baju, aq langsung turun ke bawah, menyusul Seunghyun.

Kini aq duduk di dekatnya, terdiam. Belum ada satu pun pengunjung yang datang. Yah~ memang di pagi hari, toko ini selalu sepi pengunjung, namun terkadang ada beberapa pengunjung yang akan pergi ke luar kota terburu-buru membeli oleh-oleh dan datang ke toko Seunghyun pagi-pagi. Seunghyun berdiri dari tempat dy duduk, pergi menuju pintu keluar, dy lupa memasang tanda OPEN pada pintunya. Aq tertawa kecil. Kemudian dy menoleh padaku.

"Byul-sshi, mau minum kopi bersama q di cafe itu?" Dy menunjuk ke arah cafe di seberang tokonya. Aq mengangguk cepat, sesegera mungkin aq pergi ke arahnya. Dy menggenggam tangan q, tangannya hangat dan besar. Aq tersenyum diam-diam menatapnya dari belakang.

Kami berdua menyebrangi jalanan kecil di depan art shop. Seunghyun menyuruh q duduk di tempat yang di pilihnya, seorang waiter datang pada kami dan menawarkan menu. Seunghyun memesan 2 cangkir kopi hangat. Aq menunggu sambil melihat-lihat ke arah jalanan, pandangan q kembali tertuju pada boneka yang terpajang di etalase art shop milik Seunghyun, aq tersenyum sekilas dan memandang ke tempat lain. Ini pertama kalinya, aq bisa mengedarkan pandangan q ke segala arah, melihat pemandangan di sekitar art shop selain langit dan cafe ini tentunya.

Beberapa menit kemudian, waiter yang tadi, mengantarkan dua cangkir kopi hangat dan menyajikannya di depan kami, dy juga menyajikan beberapa potong garlic bread di hadapan kami sebagai hidangan gratis.

"Ini, cobalah, aq yakin kamu belum pernah mencicipinya dan sekarang kau kelaparan," Seunghyun menyodorkan piring berisi garlic bread itu ke arah q. Aq mengambilnya satu dan memasukkannya ke mulut q. Sungguh~, rasanya sangat enak!

"Enak sekali!!" seruku kemudian melahap sekali lagi roti itu.
"Jeongmal?" tanyanya sambil tertawa melihat tingkah udik q. Aq mengangguk untuk kesekian kalinya. "Hahaha, roti itu memang sangat enak, cocok untuk sarapan pagi," katanya sambil menyeruput kopinya.

Sudah cukup aq memakan dua potong garlic bread, aq merasa haus, lalu aq mengambil cangkir kopi q. Sebelum aq menempelkan bibir q pada bibir cangkir, Seunghyun memanggilku.

"Byul-sshi" Aq mendongakkan kepala q, menunggu dy mengucapkan kata-kata berikutnya. "Hati-hatilah~, jangan sampai kau meneguknya seperti meneguk coklat panas q tadi" ujarnya mengingatkan. Aq senang dy memperhatikan q, lalu aq mulai menyeruput kopi q pelan-pelan. Wangi kopi itu enak, segalanya baru pertama kali q rasakan hari ini. Menyentuh Seunghyun, berbicara dengannya, masuk ke dalam rumah di belakang tokonya, membantunya, memakai bajunya, duduk di dekatnya, berhadapan dengannya, mencicipi kopi, coklat, dan juga garlic bread. Fuahhh~, sangat menyenangkan, benar-benar baru kali ini aq bisa merasakan hidup q sebagai seorang manusia. Sangat Indah~ hahahaha.

Seunghyun membetulkan posisi duduknya, matanya memandang ke arah q. Sepertinya dy akan menanyakan suatu hal. Akhirnya dy berdehem, dan mulai membuka mulutnya.

"Byul-sshi" lagi-lagi Seunghyun memanggil nama q dengan lembutnya. "Huffff..., sejak awal pertemuan kita pagi tadi, aq sangat heran denganmu. Aq menemuimu tersungkur di depan toko q, q pikir saat itu kau pingsan, dan aq memanggilmu sambil mengguncang pundak mu berulang kali. Saat akhirnya kau tersadar, tiba-tiba saja kau memelukku. Mungkin kau memang mengenalku, tapi aq tidak mengenalmu, sama sekali. Bertemu saja rasanya tidak pernah. Jadi, sebenarnya siapa kau?" Seunghyun mendorong tubuhnya ke depan, lebih dekat ke arah q dengan tampang penasaran. Aq memandang kembali boneka di etalase, sambil menggigit bibir q, akhirnya aq mengaku.

"Seunghyun, sebenarnya....." Aq menarik nafas panjang-panjang. "Sebenarnya aq adalah boneka itu," Aq menunjuk boneka yang terpajang di etalase tokonya. Seunghyun pelan-pelan menoleh, kemudian melongo dengan tampang konyol.

"Hah?? kau adalah boneka itu?? Hahahaha.....hahahaha....hahaha..hahaha...." Seunghyun tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan q, dy terus memukul-mukul pahanya dengan girang. Lalu menutup mulutnya dengan tangan kiri, seakan-akan ingin mengehentikan tawanya, namun tetap tidak bisa. "Aq baru kali ini mendengar pengakuan seseorang yg sangat tidak masuk akal," Seunghyun kembali tergelak. Aq terpaksa tersenyum, menyesal sudah mengatakan hal yang menurutnya konyol. Akhirnya Seunghyun bangkit dari kursinya dan mengajak q kembali ke art shop nya. Dy masih tertawa, tapi kali ini mulai mereda. Aq melihat ke samping, ke wajahnya yg menghadap lurus ke depan. Lebih cerah dari pada tadi, mungkin karena lelucon q tadi, yah~ setidaknya aq bisa menghiburnya.

"Seunghyun~," Aq memanggilnya dengan sangat pelan, dan sepertinya dy tidak mendengar, tapi dy menoleh.
"Ada apa?" katanya sambil tersenyum. Nada suaranya seperti menggoda q.
"Aq senang...berada bersamamu seperti ini, akhirnya penantian q selama ini tercapai juga, aq bisa mengobrol denganmu, menggenggam tanganmu, bisa berhadapan denganmu. Sebelum aq bisa seperti ini, aq hanya bisa melihatmu itupun jika kau berada di depan q, jika kau di samping q ataupun di belakang q, aq tidak dapat melihatnya kecuali hanya mendengar langkah kakimu dan suara mu ketika kau berbicara. Aq senang kau mengajak q mengobrol, mengizinkan aq tinggal di rumah q, terima kasih~" Seunghyun terdiam memandang q, seolah-olah dy masih menganggap omongan q tidak masuk akal. Membuatnya bingung.

"Aq sebenarnya tidak begitu paham apa maksud omonganmu, aq berusaha mengerti sedikit demi sedikit kondisimu. Aq juga tidak tau kau berasal dari mana, mengamati q darimana. Saat aq menemukanmu, yang kau ingat hanyalah diri q, tapi dari tingkah lakumu, seolah-olah kau baru saja bebas di dunia ini. Yah~ mungkin memang kau kehilangan sebagian ingatanmu, terima kasih juga karena kau telah mengamatiku selama ini, dan hanya mengingat q ketika kau hampir kehilangan seluruh memorimu," Senyumnya merekah, lalu menggandeng tangan q dan membawa q ke dalam. Aq duduk di tempat q semula, menjaga toko bersamanya.

Hari sudah mulai siang, pengunjung mulai banyak berdatangan. Dari anak kecil, remaja, orang dewasa, sampai orang tua. Kebanyakan pengunjung adalah anak SMA yang sedang mencari hadiah ataupun benda-benda lucu untuk menghias barang-barangnya. Beberapa dari mereka memandang q, kemungkinan karena menyadari kehadiran q yang baru di sini. Beberapa yg lain ada juga yang memandangiku sinis, aq tau bahwa mereka cemburu melihat q berada di samping Seunghyun. Aq sempat menguping pembicaraan dua orang anak SMA yang cemburu pada q.

"Haisssh~ siapa gadis itu? kenapa dy berada di dekat Seunghyun oppa?"
"Sepertinya dy pegawai baru Seunghyun oppa, dy cantik!"
"Arghh~ apa katamu? dy tidak begitu cantik, dy aneh, dari tadi diam, pegawai apanya? tidak mengerjakan apapun!"
"Bilang saja, kau cemburu padanya khn? dy lebih cantikdaripada dirimu, dan dy diterima sebagai pegawai sedangkan kau tidak, hahaha"
"Erghhh!" gadis itu mengancam temannya sambil mengangkat kepalan tangannya dan mengarahkan kepada temannya, temannya berkelit dengan cepat. Aq tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Hei, Byul-sshi~ kenapa kau tertawa sendiri? apa yang kau tertawakan?"
"Tidak~, hahaha, tidak ada apa-apa" kataku sambil terus cekikikan. Dua remaja tadi menyadari aq menertawakan mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke tempat lain. Seunghyun hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya.

------------------------------------------------

1 setengah bulan berlalu. Aq mulai terbiasa menjalani kehidupan q sebagai manusia, Seunghyun mengajariku banyak hal, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan ruangan, membuat beberapa kerajinan tangan untuk di jual, dan masih banyak lagi. Walaupun banyak sekali kendala dan butuh waktu lama untuk mengajariku, tapi Seunghyun terus bersabar menghadapiku. Aq juga di suruh Seunghyun untuk bekerja padanya, setiap bulan aq akan dibayar dengan gaji yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan q. Aq mulai bisa membeli baju, tas, dan barang barang lainnya.

Karena aq sudah mulai bisa memasak, aq membagi jadwal memasak dengannya. Seperti di minggu pertama adalah jadwalnya memasak dan minggu berikutnya adalah aq. Terkadang ramuan masakan q tidak pas, hingga membuatnya memuntahkan kembali apa yang sudah dy makan, dan terpaksa kami membeli makanan di luar.

Sebelum tidur, terkadang kami nonton tv bersama, dy selalu menonton acara-acara komedi, aq ikut menikmatinya dan tertawa bersamanya. Dalam waktu sebulan ini, dy ada 3 kali mengajak q jalan-jalan, ke pantai satu kali dan ke taman kota dua kali. Dy membonceng q jalan-jalan dengan vespa antiknya. Aq membiarkan diriku memeluknya erat saat dy membonceng q, punggungnya hangat, membuat q bisa tidur kapan saja di punggungnya.

Setiap malam, Seunghyun selalu membiarkanku untuk tidur di kamarnya, sedangkan dy tidur di ruangan bawah. Kadang aq kasihan kepadanya, karena aq, dy tidak bisa menikmati kamarnya sendiri. Pada suatu hari, aq pernah memintanya untuk tidur di kamarnya sendiri, sedangkan aq tidur di bawah, tapi dy tidak mengizinkannya. Dy takut aq sakit karena udara yang lebih dingin di ruangan bawah daripada di kamarnya.

Aq bahagia menjalani hidup q seperti ini. Seunghyun dan aq menjalani kehidupan bagaikan sepasang kekasih yang hidup bersama. Banyak sekali gadis-gadis yang iri pada q. Beberapa dari mereka sama seperti 2 anak SMA yang dulu. Memandang q sinis, membicarakan q yang buruk-buruk, dan tidak ramah kepada q. Setiap aq menyapa mereka, mereka seakan-akan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing sampai mereka tidak sempat menyapa q kembali.

Tidak akan kubiarkan setiap kesempatan bersama Seunghyun lewat begitu saja. Apalagi setelah aq mendapatkan sebuah mimpi aneh beberapa hari yang lalu. Aq di datangi oleh seorang wanita cantik dalam mimpi q. Wanita itu sangat cantik, kulitnya putih dan memancarkan cahaya yang menyilaukan, dy bagaikan malaikat. Tubuhnya di balut gaun yang sangat indah, permata di mana-mana. Kemudian wanita itu menghampiri q, membisikkan sesuatu yang mengejutkan di telingaku. Dy berkata bahwa dy meminjamkan tubuh yang sekarang aq gunakan hanya untuk sementara, suatu saat nanti aq akan kembali ke tubuh boneka q. Tapi, entah sampai kapan aq tidak tau, aq terbangun saat wanita itu hendak mengucapkan kata-kata penting itu. Huff~ seolah-olah aq diberitahu, bahwa aq tidak akan bisa selamanya menghabiskan waktu q dengan Seunghyun. Aq menangis setelah terbangun dari mimpi q itu, namun aq berusaha melupakannya dan menjalani apapun yang terjadi sekarang. Berusaha menikmatinya~, bersama Seunghyun.


------------------------------------------ T*B*C-------------------------------------------------

Forever Love (chapter 1)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:39 AM

0

"Jogiyoo~....Jogiyoo~"
Aq mendengar sebuah suara, dan merasakan seseorang mengguncang pundak q. Huff~ bagus, aq sudah terjual, mungkin sekarang aq sudah ada di tangan seorang anak kecil, dan menjadi bulan-bulanannya. Emhh~ Tunggu! tapi suara ini~ bukan suara seorang anak kecil, sebuah suara yang sangat q kenal, lembut dan sedikit berat, mungkinkah?

Perlahan-lahan aq membuka mata, pandangan q masih sedikit kabur, dan sekarang aq sudah seratus persen sadar. Aq menatap sosok yang berada di depan q, posisinya jongkok dengan tangan melambai-lambai di depan mata q. kemudian aq menatap wajahnya, wajah yang sangat familiar.

"Seunghyun!!!!!" Aq langsung terbangun dari posisi q yang tadi telungkup, berganti memeluknya dengan erat. Seunghyun rupanya terkejut dengan tindakan q yang tiba2 itu.

Aq mengendurkan pelukan q, melepasnya dan menatap kedua telapak tangan q yang gemetaran. Heran, kaget, dan bahagia. Aq tidak menyangka, aq kini memiliki sebuah tubuh, tubuh manusia, dan bukan tubuh boneka. Aq menelusuri tubuh q dari kaki sampai ke tangan dengan mata q. Melihat diri q terbalut baju terusan berlengan panjang berwarna putih. Aq berada dalam tubuh seorang gadis. Aq melompat-lompat kegirangan dan memeluk Seunghyun berkali-kali hingga membuatnya kebingungan. Entah apa yg dy pikirkan, aq sebagai orang gila, aq sebagai orang sakit, hilang ingatan, atau apapun, aq tak peduli. Yang terpenting adalah aq dapat melihat dirinya, menyentuhnya, dan tidak lagi hanya di pendam dalam hati.

"Eeeng~, Jogiyo~...apakah kamu mengenal q?" tanyanya hati-hati, mata q kembali teralihkan ke wajahnya. Menatapnya dalam-dalam, dan membuat seunghyun sedikit salah tingkah. Lalu aq mengangguk mantap sambil terus tersenyum girang.

"Maaf, tapi aq tidak mengenalmu, bisakah kau memberitahu q, siapa kau?" Aq memasang raut wajah sedih. "B..bukan maksud q membuatmu sedih, aq benar-benar tidak mengenalmu"

"Aq....aq selalu melihatmu...aq mengenalmu lebih dari siapapun," jawaban q tambah membuat Seunghyun bingung. Udara pagi sangatlah dingin, aq kembali gemetaran, dan memeluk diri q agar tubuh q bisa sedikit hangat.

"Hatttschiiii~!! Hatschii~" Aq berkali-kali bersin karena angin dingin yg terus berhembus ke arah q. Seunghyun langsung menarik siku q, dan membawa q masuk ke dalam tokonya yang masih belum di buka untuk pengunjung. Aroma dan hangatnya art shop milik Seunghyun membuat q benar-benar nyaman. Seunghyun membiarkan q duduk di sebuah kursi kayu, dan membawakan q coklat hangat. Aq menghirup aromanya, nikmat sekali, harum...dan aq ingin segera menyicipinya. Seunghyun duduk di hadapan q, di seberang meja, menatap q asing. Aq mengambil coklat hangat itu dan langsung meminumnya.

"Fuahhhhhh~ haaaashhhh!!!! arghhh~" aq melemparkan cangkir berisi coklat ke lantai, dan isinya berceceran ke mana-mana. Aq terus mengipas-ngipas lidah q. Seunghyun yg terkejut akan kejadian yang menimpa q langsung lari ke belakang mengambilkan aq air mineral dan memberikannya pada q.

"Ya! Coklat itu memang masih sedikit panas, apa kau sudah gila meneguknya sebanyak itu? seruputlah sedikit-sedikit, arasso?" nadanya sedikit marah, aq hanya mengangguk-ngangguk sambil meneguk air mineral yang diberikan olehnya. Dy pergi ke belakang lagi dan mengambil sebuah kain untuk membersihkan coklat q yang tumpah.

"Mianhee~" ucapku pelan-pelan. Seunghyun langsung menghentikan kegiatannya. Menoleh ke arah q dan tersenyum kecewa.

"Gwaenchana~" Dy melanjutkan kembali kegiatan na membersihkan lantai, dan sekali lagi pergi ke belakang, kemudian kembali duduk di hadapan q dengan wajah lesu.
Aq menatapnya dengan penuh rasa bersalah. Seunghyun juga menatap q, namun dy mulai mengukir senyum di bibirnya dan tertawa kecil melihat tingkah q. Aihhhh~ senyumnyaaaaaaaaaa, indahh sekalii!! Aq terpana melihat senyum itu, membuat q ikut tersenyum.

"Ehem.." Seunghyun mulai bicara, "Ngomong-ngomong, kau ini berasal dari mana? kenapa kau bisa mengenal q? Bagaimana bisa tadi kau tersungkur di depan toko q jam 6 pagi? Siapa nama mu?" Aq menganga mendengar pertanyaannya yang bertubi-tubi, bingung bagaimana menjawabnya. Aq mengalihkan pandangan q ke arah lain, kemudian menatap sebuah gantungan berbentuk bintang yang terpajang di dindingnya.

"Byul.." kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut q.

"Byul? namamu Byul?" Aq kembali menoleh kepadanya, mengangguk, mengiyakan pertanyaannya. "Lalu~, asal mu? bagaimana kau bisa mengenal q?" Aq semakin bingung dibuatnya, pertanyaan-pertanyaan itu, susah untuk aq jawab. Jika aq menjawab hal yang sejujurnya, dy tidak akan percaya. Aq tau, kebanyakan manusia tidak akan percaya cerita soal diri q yang sebenarnya adalah sebuah boneka, kemudian karena keajaiban aq bisa menjadi manusia. Itu Konyol! akhirnya aq hanya menjawab sekenanya.

"Aq tidak tau, saat bangun tadi, aq tiba-tiba saja ada di depan toko mu, aq tidak tau asal q darimana, namun yang ada di ingatan q hanyalah dirimu saja, entah kenapa.." Aq menunduk, tak ingin melihat ekspresi bingungnya. Namun Seunghyun sepertinya mengerti, dy mengangguk, dan sepertinya dy mengira aq hilang ingatan.

"Jadi kau benar-benar tidak tau di mana kau tinggal, dan bagaimana kau bisa sampai di depan toko q?" aq menggeleng. Dy mengangguk untuk kesekian kalinya. "Baiklah, aq akan mengizinkanmu tinggal di sini, sampai ingatanmu pulih," Benarkah? apakah ini nyata? aq diizinkan tinggal di sini? tinggal bersamanya? menemaninya? aq ingin melompat, saking bahagianya, tapi aq berusaha menahan diri q agar tidak membuatnya kesal. Aq hanya mengungkapkannya dengan senyuman.

"Byul-ssi, jam setengah delapan aq harus membuka toko q, aq harus siap-siap, kau mau menunggu di mana?"

"Ahh~ di sini saja" jawab q sambil tersenyum. Seunghyun membalas senyuman q, dan pergi ke ruangan di sisi lain toko ini.

Aq memutuskan untuk mengelilingi toko Seunghyun, melihat-lihat apa saja yang dy jual selama ini selain diri q. Tak lama setelah berjalan, aq menemukan sebuah cermin besar. Aq menatap cermin itu, menyentuhnya dengan jemariku. Aq melihat wajah seorang gadis cantik, wajahnya putih pucat, bibirnya berwarna kemerahan, pipinya merona, alisnya hitam tebal, dan rambutnya panjang berponi. Aq menyipitkan mata q, menyentuh bibir q, kemudian hidung q, pipi q. Bayangan di cermin itu adalah diri q, wajah cantik itu adalah milik q. Aq tersenyum, bayangan itupun ikut tersenyum. Kemudian aq menoleh ke arah etalase toko, melihat diri q yang dulu, sebuah boneka anak perempuan kecil berada dalam posisi tidur miring. Kaki q melangkah ke arah etalase, menggapai boneka itu dan membawanya ke dalam pelukan q. Mata q memandangi lagi boneka itu. Sambil tersenyum aq meletakkan kembali boneka itu dan memperbaiki posisinya. Hebat! Luar biasa! bagaimana pun juga, doa q akhirnya terkabul.

TBC--------------------------------------------------------------------------- ^^

NB: Mian,, masi banyak cacat na ^^, silahkan Komen n Kritik~
Hope U like it :D