It's You (chapter 2)

Posted by Cha Fani | Posted in | Posted on 8:16 PM

"Key??!!!"

Shin Ae terpanjat melihat pemandangan yang ada di depannya. Mimpi ataukah bukan? tapi ini nyata! Dy melihat sosok Key.

"Hah? Key? siapa itu?" pertanyaan itu membuat Shin Ae tersadar, bahwa tentu saja tidak akan ada dua orang Key yang hidup di dunia ini.

"Jeosong hamnida, aq salah orang, aq harus cepat-cepat ke sekolah, sebentar lagi aq terlambat, terima kasih atas bantuannya," Shin Ae buru-buru membungkukkan badannya dan berlalu begitu saja, meninggalkan cowok yang berwajah menyerupai key itu.

Seharian ini Shin Ae tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran sekolahnya. Yang dy lakukan hanyalah melamun, melamun, dan melamun. Tidak henti-hentinya dy memikirkan cowok yang tadi pagi dy tabrak. Mengingatkannya akan Key, wajah, postur tubuh~ hampir semua yang dy lihat benar-benar sangat mirip Key.

Jinki yang sedari tadi memperhatikan Shin Ae terheran-heran dengan tingkah Shin Ae yang aneh. Padahal biasanya dia lah yang paling serius memperhatikan pelajaran guru. namun sekarang dy berwajah muram, dan matanya memandang kosong ke depan. Jinki yang tidak tahan melihat semua keganjalan itu akhirnya membuat gumpalan kertas yang dy remas2, kemudian dengan satu hentakan, tangannya melemparkan gumpalan kertas itu tepat ke kepala Shin Ae.

"Ouch!! Ya!" Shin Ae refleks langsung menoleh ke belakang, bermaksud untuk mencari orang yang baru saja melempari kepalanya. Namun, dalam waktu yang bersamaan Jung songsaenim memanggil Shin Ae.

"Shin Ae sshi~! apa yang membuatmu teriak?!"
"Haa?" Shin Ae langsung mengalihkan pandangan ke depan. Dilihatnya Jung songsaenim sudah memasang tampang murka kepadanya.
"Keluar!!"
"Mwo?"
"Saya bilang keluar!!! Palli palli! kau sudah membuat keributan dalam pelajaran q, dari pada kau membuat keributan lagi, lebih baik kau keluar! ayooo~ cepat, apa perlu kau q tendang hah?!!" Jung songsaenim semakin marah. Shin Ae merasa sangat malu, apalagi hampir satu kelas menatapnya dan beberapa murid ada yang cekikikan karenanya. Dengan segan akhirnya dy berjalan keluar.

Istirahat tiba, Jinki menghampiri Shin Ae yang berada di kantin dan sedang meminum susu melonnya. Setelah sampai di sisi Shin Ae, Jinki langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Hei! apa yang kau tertawakan?!" Shin Ae mulai mengomel kepada Jinki. Dan dy mulai menatap Jinki dengan sadis.

"Hahahaha, aq hanya tertawa saja mengingat kejadian tadi, seorang Shin Ae yang terkenal memperhatikan pelajaran dengan serius, tiba-tiba saja di hukum karena membuat keributan, hahahaha, aq tidak bisa berhenti tertawa jika mengingatnya," Jinki terus tertawa sampai matanya yang sipit menghilang.

"Aishhhh! tega sekali sih kau, menertawakanku seperti itu, jelas-jelas bukan aq tadi yang salah!! orang yang melemparku dengan gumpalan kertas tadi yang seharusnya di hukum! dy yang telah membuat q kesal," Shin Ae menggerutu kesal. Terukir jelas di raut wajahnya bahwa dy ingin membantai orang penyebab perkara tadi.

"Tapi tadi aq tidak bermaksud jahat Shin Ae aah, habis tadi aq lihat kau melamun terus, tumben-tumbennya, tidak seperti biasanya kau begitu, karena itu, agar tidak membuatmu tenggelam dalam lautan khayalanmu yang entah apa itu, aq melemparimu kertas itu, wkwkwk"

"Hooh! jadi kau dalang di balik semua ini??!! aishhh! jinjja!! kenapa kau melakukan itu padaku hah?? kau suka melihatku di hukum seperti itu?? sahabat macam apa kau ini?!! teganya kauu!! ergghh!!" Shin Ae geram setelah mengetahui bahwa yang tadi membuatnya di hukum adalah Jinki. Dy langsung mencubit lengan Jinki sekeras mungkin, kemudian memukul bahunya dengan kepalan tangannya.

"Arghhhhh!!! sakit tau!!"

"Biarin, ini semua khn salahmu," Shin Ae menjulurkan lidah ke arah Jinki, lalu menambah laju jalannya dan meninggalkan Jinki. Jinki menggaruk-garuk kepalanya. Dy merasa bersalah dan mengejar Shin Ae, sampai akhirnya dy dapat menggapai bahu Shin Ae dari belakang dan langsung melontarkan permintaan maaf.

"Shin Ae aah, mianheee~ jeongmal mianhee!" Shin Ae membuang muka dan mengerucutkan bibirnya.

"Aigoooo~ ya! jangan begitu~ aq benar-benar tulus meminta maaf, tadi khn awalnya aq bermaksud baik. Cuma agar kau kembali berkonsentrasi dalam pelajaran. Coba bayangkan saja jika aq tidak membuyarkan lamunanmu, dan Jung songsaenim menemukanmu sedang tidak memperhatikan pelajarannya, lalu kau di suruh maju ke depan, dan menjawab soal. Saat itu kau tidak bisa, di buat malu oleh Jung Songsaenim di depan murid-murid, lalu di keluarkan~. Sudah tambah malu, dikeluarkan dan dihukum pula."

"Ne, gomawoooo~!!" Akhirnya Shin Ae berterimakasih, walaupun nadanya masih terdengar tidak ikhlas. Jinki tersenyum puas. "Maksud q gomawo sudah membuat q dihukum!" senyum Jinki yang tadinya cerah berubah drastis menjadi masam. Shin Ae mempercepat langkahnya menuju ke kelas, sedangkan Jinki masih berusaha mengejar Shin Ae sambil lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

--------------------------------------------

Jam pelajaran telah usai, kini semua murid-murid mulai merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tidak terkecuali Shin Ae, dy sudah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas. Kemudian mengucapkan salam dan berjalan menuju pintu keluar kelas. Shin Ae bermaksud ke ruang guru setelah pulang sekolah untuk menyerahkan tugas. Barulah dy teringat akan map hijau yang berisi tugas2nya dan juga kartu pelajarnya tidak ada.

"Arghhhh!!!" Shin Ae menepuk jidatnya.
"Waeyo?" tanya Jinki yang tiba-tiba saja muncul di samping Shin Ae.
"Omooo! kau ini membuat q kaget saja!"
"Kau saja yang tidak perhatian, aq khn selalu di sini, di sampingmu, sejak kapan setiap sepulang sekolah aq tidak ada di sampingmu hah? kau saja pulang selalu bareng denganku, ckckck"
"Jinki aah, aq kehilangan map q, tugas-tugas q semua ada di sana, jugaa~ kartu pelajar q, aduhhhh~ bagaimana ini? aq bingungg, hari ini tugas q harus di kumpulkan, huffff~" Shin Ae melengos, dy ingin sekali menangis.
"Hm? bagaimana bisa hilang?"
"Tadi pagi aq menabrak seorang cowok, yah~ saat itu map q juga ikut terlepas dari tangan q, waktu aq pergi aq melupakan map itu. Saat itu aq benar-benar terburu-buru karena hampir terlambat, yah~ aq berharap semoga orang yang q tabrak tadi mengambil map itu dan mencari q untuk mengembalikan map itu padaku,"
"Haha, kau ini sebenarnya terburu-buru atau lupa karena cowok yang kau tabrak itu terlalu tampan, sehingga kau melupakan map mu hah? wkwk"
"Haisssh! dalam keadaan begini, kau masih saja bercanda. Ini benar-benar hal yang darurat! kau masa tidak tau sih betapa galaknya Yoo songsaenim jika aq telat mengerjakan tugas q, mana hari ini terakhir dikumpul, sedangkan semua anak sudah mengumpulkannya..=,=a"
"Salah siapa? siapa suruh mengerjakan tugas di tunda-tunda, babo!" olok Jinki sambil mengacak-ngacak rambut Shin Ae.
"Argghhh~, jangan mulai! aq tidak suka di begitukan!" Shin Ae balas mengacak-ngacak rambut Jinki.

Mereka sudah hampir sampai di gerbang sekolah, namun ada pemandangan yang sedikit menarik di depan gerbang. Ada seseorang yang sangat mencolok di sana, menarik perhatian para murid-murid SMA yang pulang, beberapa cewek juga ada yang berteriak kesenangan, sedangkan beberapa yang lain sibuk mengaca dan berdandan. Dy adalah seorang cowok, sepertinya dy orang yang baru saja pulang dari luar negeri, terlihat dari pakaiannya yang memakai brand terkenal dari luar. Rambutnya hitam kocoklatan, wajahnya putih bersih, namun masih menunjukkan ciri khas wajah orang Korea, telinga kanan dan kirinya masing-masing memakai anting. Dan dy bersandar di tembok gerbang sambil melipat tangannya di dada dan tangan kirinya memegang sebuah map hijau.

Shin Ae terpaku, mulutnya menganga mengingat bahwa cowok itulah yang tadi pagi ia tabrak. Hanya saja, tubuhnya terasa merinding, seperti ada aliran listrik menjalari tubuhnya. Sebuah sosok yang bisa dibilang imitasi dari Key, berdiri di depannya.

Kemudian pandangan Shin Ae teralihkan pada map yang di pegang oleh cowok itu. Wajahnya langsung berbinar-binar, tau bahwa itulah map yang sedari tadi ia cari-cari. Perlahan-lahan Shin Ae mendekati cowok itu, walaupun setiap ia melangkah ada getaran hebat di dadanya. Pikirannya jadi melayang-layang ke masa lalunya. Jinki memandang Shin Ae dan cowok itu bergantian.

"Annyeong," sapa Shin Ae.
"Ne, annyeong~," cowok itu menoleh mendengar sapaan Shin Ae, lalu tersenyum. "Ahh, mianhe, tadi map mu terjatuh dan tertinggal di jalan saat kau menabrakku, di sini ada kartu pelajarmu, jadi aq tahu bahwa kau sekolah di sini,"
"Gwaenchana, aq pikir kau tidak peduli terhadap map ini, syukurlah akhirnya kau membawanya kemari, di sini ada beberapa tugas-tugas q yang harus ku kumpulkan, sekali lagi gomawo~," Shin Ae membungkuk dalam-dalam. Selama membungkuk, dy merasa air matanya akan jatuh, ingin sekali dy memeluk cowok yang berada di hadapannya, dy sungguh rindu pada sosok Key. Kini luka di masa lalu itu........ terbuka kembali~

Shin Ae kembali menegakkan tubuhnya dan buru-buru berbalik ke belakang lalu pergi berlari ke arah sekolah, Jinki yang sekilas bertatapan dengan cowok itu hanya menundukkan kepalanya sedikit lalu mengikuti Shin Ae. Cowok itu awalnya ingin ngobrol sebentar dengan Shin Ae, namun yah~ mau bagaimana lagi, Shin Ae sudah terlanjur pergi dan tangannya yang tadi terangkat karena bermaksud memanggil Shin Ae, dy turunkan perlahan dan setelah itu pergi meninggalkan gerbang sekolah.

Shin Ae sudah selesai menyerahkan tugasnya. Lagi-lagi dalam perjalanan pulang dy melamun, sekali-kali dy menghela nafas. Jinki tidak tau apa yang harus dy perbuat untuk membuat Shin Ae sedikit bersemangat. Dy takut salah bicara dan membuat Shin Ae tambah sedih, apalagi Jinki juga tidak begitu paham dengan masalah yang di alami Shin Ae. Sampai akhirnya dy memberanikan diri untuk meraih tangan Shin Ae dan menariknya ke sebuah taman.

"Jinki aah! apa yang kau lakukan, kenapa kau menyeret q seperti ini hah? aduh, pelan-pelan, jangan lari cepat-cepat," Shin Ae bersusah payah menyamakan irama larinya sama seperti Jinki. Walaupun dy sudah berteriak-teriak memberi tahu Jinki, tetap saja Jinki tidak menggubrisnya dan terus membawanya berlari.

Mereka sampai di sebuah taman. Taman itu sepi, hening, damai, dan tentram. Terlihat ada beberapa kolam teratai di sana. Jinki tersenyum tipis.

"Hmmmh~ di sini cukup tenang khn? apa kamu merasa lebih baik?" Shin Ae hanya terpana melihat taman tempat mereka diam. Kecil, rapi, dan indah.
"bagaimana?" jinki mengulang pertanyaannya. Shin Ae hanya mengangguk pelan, kemudian menatap Jinki dan tersenyum kecil. Tapi semua keindahan itu tetap saja tidak bisa benar-benar menghapus perasaan sedihnya.

"Ya! emmm... sebenarnya apa yang terjadi padamu hari ini? kerjaanmu hanya murung terus, tidak ada sedikitpun keceriaan sejak pagi tadi aq melihatmu, apa ada masalah? apakah kau melupakan sesuatu? habis bertengkar dengan ibumu? heuh?" Jinki berusaha menyelidiki.

"Tidak apa-apa," Shin Ae menggeleng.

"Tidak mungkin tidak ada apa-apa denganmu, oh~ apa kau juga ada masalah dengan cowok tadi? saat bertemu dengannya wajahmu menegang, apakah dy mengganggumu?" Shin Ae langsung mengangkat kepalanya pelan menghadap ke Jinki, dy menggigit bibir bawahnya, matanya mulai memerah, dan tangannya bergetar. Saat itu juga Shin Ae memeluk Jinki dengan erat dan menangis sekeras mungkin, dy melepaskan seluruh air matanya. Jinki terkejut, tubuhnya membeku, dy membiarkan sahabatnya itu terus menangis di pundaknya dan membasahi seragamnya.

"Bilang saja masalahmu kepadaku, semuanya akan baik-baik saja, percayalah padaku, aq bisa menyimpannya," Jinki menawarkan dirinya pada Shin Ae untuk dijadikan tempat menumpahkan segala masalahnya. Kedua tangannya mengelus punggung Shin Ae dengan lembut, berusaha menenangkannya yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

"Jinki ah......" panggil Shin Ae dengan nada terisak-isak.
"Ne..?"
"Kau tau? selama ini....aq mencintai seorang cowok? hanya satu orang itu saja yang dapat mengisi hidup q, hanya satu orang itu saja yang dapat membahagiakan q, aq selalu merindukan sosoknya~,"

Deg! tidak tau apa yang sekarang terjadi pada dirinya. Tiba-tiba saja dada Jinki terasa sakit, seolah-olah ada yg mencabik-cabiknya. Dy merasa tidak nyaman dengan sekelumit kalimat yang baru saja dilontarkan Shin Ae.

"Tapi...., dy sudah lama meninggalkan q, dy orang paling bodoh di dunia ini. Dy tidak pernah mau mendengarkan omongan q, dy selalu bertindak sesuai dengan keinginannya, padahal dy tahu, semua yang q katakan padanya, semua yang q beritahukan padanya, itu semua demi kebaikannya. Dy bilang.... dy akan setia pada q, dy bilang saat lulus SMA nanti...dy akan melamarku, dy bilang..., setelah menikah, dy akan membawaku keliling dunia, dan sekarang.....semuanya tidak akan pernah terjadi....dy...meninggal...dy babo!! bodohh!!! lagi-lagi dy tidak mendengarkan nasihat q, dy orang paling babo di dunia!!!" tangisan Shin Ae semakin keras, ingatan akan Key semuanya kembali. Jinki merasa simpati, di sisi lain dy juga merasakan sebuah kelegaan, sebuah kelegaan yang tidak masuk akal. Kenapa begitu leganya dy saat mendengar bahwa cowok yang di cintai Shin Ae itu sudah meninggal, padahal seharusnya dy juga ikut bersedih.

"Jinki-ah, apa kau tau cowok tadi? yang kita temui....... saat di gerbang, kau tau khan? cowok itulah yang membuat q sedih.., dy..........mengingatkan q pada Key yang bodoh! yang keras kepala, yang sering tidak mendengarkanku, yang menyebalkan, ingkar janji....tidak adil!! kenapa...ketika aq sudah mulai melupakannya, wajah itu muncul kembali di hadapan q? tidakkk adill jinki!! tidak adilll....." Jinki melepaskan pelukan Shin Ae. Ketika dilihat, mata Shin Ae sudah sembab dan wajahnya memerah karena terlalu banyak menangis. Dengan senyum yang di paksakan, Jinki mencoba menghibur Shin Ae. Tidak peduli bagaimanapun sakit yang dy rasakan, yang ada di pikirannya saat ini hanya satu, menghibur Shin Ae.

"Tidak akan pernah ada yang abadi di dunia ini Shin Ae ah, ketika hal yang baru saja kau ceritakan itu terjadi, itu semua hanyalah sebuah ujian, di mana kau harus melaluinya dengan hati yang tegar. Tidak mungkin di dunia ini, sesuatu yang sudah tidak ada kembali lagi. Kau tahu, itu semua hanyalah masa lalu mu, yang sudah seharusnya tidak kau ungkit kembali. Jangan pernah kau menyakiti dirimu hanya karena kenangan ini, masih banyak hal yang harus kau tempuh dari pada sekedar kau mengenang masa lalu yang pahit itu. Kau tau? bahwa di dunia ini, juga masih banyak yang mencintaimu, masih banyak yang menyayangimu, masih banyak yang akan membuatmu bahagia. Juga tidak akan adil bagi orang yang ingin membahagiakanmu, lalu kau hanya bersedih saja mengingat lelaki itu. Sekarang kau hanya harus menatap ke depan, tinggalkan semua kepahitan dan raihlah kebahagiaan, jangan pernah membiarkan sesuatu yang pahit menjatuhkanmu dalam kegelapan. Dunia ini memiliki banyak sisi yang indah, sayang sekali jika kau melewatkannya. A..rasso..??" sekarang Jinki mulai tersenyum lembut. kedua jarinya perlahan bergerak ke arah wajah Shin Ae, kemudian dengan kedua jempolnya, dy mengusap air mata Shin Ae. Shin Ae tersenyum tipis, hatinya sudah mulai merasa tenang dengan kata-kata yang baru saja diucapkan Jinki.

"Kaja! ayo kita pulang sekarang....sudah senja, hmmhh~, nanti ibumu mencari-carimu lagi" ajak Jinki sambil menatap langit. Shin Ae menatap wajah Jinki yang tersiram cahaya jingga yang di pancarkan dari langit senja, ada sedikit percikan rasa kagum dalam dirinya terhadap Jinki. Setelah itu senyumnya mulai merekah, air matanya mulai mengering, kemudian Shin Ae menggandeng lengan Jinki erat dan membawanya ke luar taman yang sepi itu.

Comments (0)

Post a Comment

Comment Like Oxygen ^^